Mohon tunggu...
Indira GhinaAndini
Indira GhinaAndini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi yang minat pada psikologi dan menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Platform Carousell Menjadi Sarang Penipuan

15 Februari 2024   21:16 Diperbarui: 15 Februari 2024   21:31 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

menjual berbagai barang baru dan bekas. Pengguna dapat menjual barang-barang mereka secara langsung kepada pengguna lain namun hanya dalam lingkup Carousell. Carousell menyediakan kategori barang yang luas, mulai dari pakaian, peralatan elektronik, perhiasan, hingga barang-barang rumah tangga. Pengguna dapat membuat daftar barang yang ingin mereka jual, menambahkan deskripsi, foto, dan harga, serta melakukan transaksi secara langsung dengan pembeli melalui pesan dalam aplikasi. Platform ini memungkinkan interaksi antar pengguna dan memfasilitasi proses jual-beli yang aman dan mudah.

Sebagai platform jual beli yang memiliki peraturan tersendiri, yaitu untuk melakukan proses jual-beli hanya di dalam lingkungan Carousell. Maka terkadang penjual dan pembeli mengalami hambatan karena kurangnya rasa percaya antar penjual dan pembeli. Carousell tidak mengizinkan penjual dan pembeli untuk memberikan link e-commerce lain. Sehingga, terkadang beberapa orang perlu memiliki rasa kepercayaan yang tinggi untuk melakukan transaksi tanpa bukti yang akurat. Seperti saat berbelanja di Shopee atau Tokopedia, penjual sudah pasti terverifikasi, sehingga kemungkinan untuk terjadi penipuan sangat kecil.

Perempuan berinisial MA, merupakan seorang mahasiswi berusia 22 tahun asal Bandung yang menjadi korban penipuan pada aplikasi Carousell. Pada saat itu MA hendak membeli sebuah tas yang sudah ia pilih dari beberapa toko yang menurut MA tidak mencurigakan sama sekali. Toko tersebut memiliki nilai 4.5 dari 8 pelanggan, memang tidak ada komentar dari ke-8 pelanggan tersebut. Namun dengan memiliki nilai 4.5, MA menganggap sudah sangat baik.

MA pun berkomunikasi dengan penjual tas tersebut. Mulanya MA bertanya apakah tas tersebut masih tersedia atau tidak. Berikut percakapan mereka :

MA  : halo ka, tasnya ready?
P      : hai ka, ready yaa
MA  : ada defect nya ga ka?
P      : gaada kaa, mulus banget, like new
MA  : bisa lewat oren atau ijo ga kaa?
P      : belum bisa nih kaa
MA  : kalo wh4t54pp ada ka??
P      : untuk order hanya melalui app carousell aja ka

Dapat dilihat pada percakapan diatas MA menyebut Shopee dengan sebutan oren, Tokopedia dengan sebutan ijo, dan Whatsapp dengan sebutan wh4t54pp. Hal tersebut dilakukan MA agar pesan yang ia tulis tetap terkirim, karena jika MA menulis dengan nama asli seperti Shopee, Tokopedia, dan Whatsapp, maka pesan tersebut otomatis tidak terkirim. Itu merupakan salah satu hambatan dari Carousell yang terkadang membuat penjual dan pembeli merasa ada keterbatasan.

MA pun membeli tas tersebut seharga Rp.250.000,-. Menurut MA uang dengan jumlah tersebut cukup besar baginya, dan barang yang dibeli dengan harga tersebut pun sudah melalui banyak pertimbangan. Setelah deal dengan penjual tas tersebut MA pun langsung melakukan pembayaran melalui mobile banking. Penjual tas pun mengatakan bahwa tas akan segera dikemas dan akan dikirim paling lambat besok hari.

Keesokan harinya MA bertanya kepada penjual tas tersebut, apakah sudah ada nomor resi pengiriman atau belum. Karena MA ingin memastikan lokasi tas tersebut dengan melacak nomor resinya. Penjual tas tersebut mengirimkan nomor resi palsu, sehingga MA pun tidak bisa melacaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun