Mohon tunggu...
Indi Khairun Nisa
Indi Khairun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi KPI'22 (STAI TebingTinggi Deli)

Menulis adalah bukti bahwa kamu pernah ada dalam peradaban

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menghindari Masalah: Membunuh Karakter dan Merusak Mental

30 April 2024   21:41 Diperbarui: 30 April 2024   21:57 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkah kalian melihat pohon yang sedang tumbuh? Pernahkah memikirkan bagaimana mereka menghadapi berbagai musim yang akan datang? Mekar indah saat musim panas, berguguran saat musim dingin, belum lagi saat badai datang menerpa. Tapi, apakah mereka tunduk dan mati saat semua itu datang? 

Tentu tidak, sebagai  makhluk hidup mereka coba tetap bertahan dengan segala kondisi. Perhatikan juga rumput yang kering di musim kemarau dan tumbuh subur saat musim hujan. Begitu juga manusia, tidak menampik bahwa kita hidup dikellingi berbagai macam masalah.

Kita belajar dari banyak hal, salah satunya dari proses alam. Tanaman tidak pernah meghindar dari perubahan musim, mereka menerima dengan ikhlas dan terus bertumbuh hingga tidak ada lagi pilihan lain.

Satu hal yang perlu diingat bahwa, masalah tidak pernah berhenti: mereka hanya terus datang silih berganti. Bagi banyak orang, menyelasaikan masalah perlu dengan berbagai cara. Tapi sayangnya, menurut buku Sebuah Seni Untuk  Bersikap Bodo Amat, orang-orang lebih cenderung menghadapi masalah dengan dua cara yang salah, yaitu:

  • Penyangkalan, beberapa orang menepis kenyataan bahwa mereka memiliki masalah. Dengan begitu, secara tidak sadar mereka menipu ataupun melarikan diri dari kenyataan hidup. Mereka akan merasa nyaman dalam jangka pendek, namun ini justru mengarah pada pola hidup yang rapuh, neurotisme, dan pengekangan emosional.
  • Mentalitas korban, Beberapa orang juga kerap memilih untuk meyakini bahwa tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah, bahkan sekalipun mereka sadar bahwa mereka mampu. Orang-orang ini lebih memilih untuk menyalahkan orang lain atas masalah mereka atau menyalahkan situasi. Ini juga dapat membuat mereka merasa lebih baik untuk jangka  pendek, karena kebiasaan ini akan menggiring pada kehidupan yang penuh amarah, ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Masalahnya, semakin sering kita melarikan diri dari kenyataan menghadapi masalah, maka kita akan ketergantungan dan terus mencarinya. Ini akan mengakibatkan kecanduan untuk mematikan rasa sakit dari masalah, jika dalam dosis normal itu tidak masalah. Namun, semakin lama kita menghindar dan semakin lama kita mematikan rasa sakit, akan semakin besar rasa sakit ketika pada akhirnya kita benar-benar harus menghadapi permasalahan tersebut.

            Horatius mengatakan, "Apa yang menyakitkan mata cepat-cepat kau singkirkan, tapi bila ada yang meresahkan hatimu, mengapa kau tunda sampai bertahun-tahun untuk menuntaskannya?".

            Apapun masalahnya, sebesar dan seberat apapun konflik di dalamnya kita sebagai manusia yang bertanggung jawab dengan hidup hendaknya tidak melarikan diri dari itu semua. Apapun masalah anda, konsepnya sama: selesaikan masalah lalu berbahagialah. Karena kebahagiaan datang saat kita berhasil memecahkan masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun