Mohon tunggu...
Indi Irjul Mafaz
Indi Irjul Mafaz Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saya seorang mahasiswa S1 Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hijrah dan Komoditas Gaya Hidup Islami Indonesia: Spiritual Marketpalce Wade Clark Roof

18 Desember 2024   15:10 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hijrah dan Komoditas Gaya Hidup Islami Indonesia: Spiritual Marketpalce Wade Clark Roof"

Di era Reformasi, khususnya Indonesia melihat banyak fenomena menarik yakni munculnya hijrah sebagai sebuah proses spiritual yang diiringi dengan komoditas gaya hidup Islami. Fenomena ini menarik untuk dibahas lebih dalam melalui lensa Spiritual Marketplace, sebuah teori yang dikemukakan oleh Wade Clark Roof. Teori ini menjelaskan bahwa spiritualitas dalam masyarakat modern telah menjadi sebuah "pasar" di mana individu memilih dan mengkonsumsi berbagai bentuk spiritualitas sesuai dengan kebutuhan, preferensi, dan nilai-nilai mereka.

Sedikit tulisan ini akan menjadi pengantar bagaimana hijrah dan komoditas gaya hidup Islami di Indonesia pada zaman Reformasi dapat dipahami melalui Spiritual Marketplace. Di satu sisi, hijrah menawarkan sebuah proses spiritual yang murni dan bermakna, di sisi lain, komoditas gaya hidup Islami menawarkan sebuah identitas dan citra yang dapat dibeli dan dikonsumsi. Dengan demikian, sedikit tulisan ini akan mengkaji bagaimana hijrah dan komoditas gaya hidup Islami saling berinteraksi dan membentuk sebuah Spiritual Marketplace di Indonesia.

Fenomena hijrah, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia pada zaman orde baru, telah menjadi tren yang tidak bisa dihiraukan dalam beberapa tahun terakhir. Di balik semangat pencarian makna hidup dan spiritualitas yang dijelaskan oleh Wade Clark Roof dalam bukunya "A generation of seekers: the spiritual journeys of the baby boom generation (1999)". muncul pula tren komoditas gaya hidup islami yang mewarnai pandangan sosial dan ekonomi Indonesia salah satunya. Tren ini didorong oleh beberapa faktor, seperti kekecewaan terhadap gaya hidup hedonisme, keinginan untuk menemukan jati diri, pengaruh media sosial, dan meningkatnya kesadaran beragama.

Generasi Muda Indonesia, yang jelas terpapar budaya konsumerisme (kepemilikan menjadi ukuran kebahagiaan) dan hedonisme (gaya hidup yang berlebihan), merasakan kehampaan dan ketidakpuasan. Kebanyakan generasi muda Indonesia mencari alternatif yang lebih bermakna, dan hijrah menjadi jalan keluar yang menawarkan nilai-nilai spiritual dan moral yang lebih tinggi. Dalam era digital yang serba cepat, generasi muda merasa kehilangan arah dan mencari identitas yang kuat. Hijrah memberikan mereka rasa kepastian dan tujuan hidup yang lebih jelas. Platform media sosial seperti Instagram, Youtube, Tiktok dan lain sebagainya menjadi wadah bagi para "hijrahers" untuk berbagi cerita, inspirasi, dan gaya hidup islami. Influencer dan selebriti yang melakukan hijrah juga memberikan pengaruh besar dalam menyebarkan tren ini, salah satunya yakni Uztadzah Oki Setiana Dewi dengan gaya hijab modernya. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan mendorong anak muda untuk mencari jalan menuju spiritualitas yang lebih dalam. Dalam konteks Indonesia ditandai pada tahun 2010-sekarang perkembangan model hijab yang semakin hari semakin inovatif.

Tren hijrah telah memicu munculnya komoditas gaya hidup islami yang beragam, meliputi pakaian, makanan, kosmetik, dan bahkan wisata religi. Brand-brand lokal dan internasional berlomba-lomba menawarkan produk-produk fashion islami yang trendy dan stylish seperti Zoya, Elzatta dan masih banyak lagi. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya menggunakan produk yang sesuai dengan nilai-nilai agama mendorong peningkatan permintaan kosmetik halal di Indonesia.

Munculnya komoditas gaya hidup islami ini membawa dampak positif dan negatif. Di satu sisi, industri fashion muslim mengalami pertumbuhan yang signifikan, menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Tren hijrah mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap nilai-nilai agama dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa tren hijrah dan komoditas gaya hidup islami dapat mengkomoditasikan nilai-nilai agama dan mengarah pada konsumerisme yang berlebihan. Konsumsi produk-produk islami yang berlebihan dapat menjadi bentuk pencitraan dan jauh dari nilai-nilai spiritual yang sebenarnya. Fenomena ini juga melahirkan "hijrahers" palsu yang memanfaatkan tren ini untuk popularitas dan keuntungan pribadi.

Fenomena hijrah di Indonesia menunjukkan semangat pencarian makna hidup dan spiritualitas di kalangan generasi muda. Tidak berhenti disitu, perlu diwaspadai potensi komodifikasi nilai-nilai agama dan konsumerisme yang berlebihan. Penting untuk membangun kesadaran dan literasi agama, serta mendorong industri halal yang bertanggung jawab supaya tren hijrah dapat menjadi momentum positif bagi seluruh umat khusunya umat muslim Indonesia. Peningkatan literasi agama di kalangan masyarakat dapat membantu memahami makna hijrah yang sebenarnya dan menghindari pemahaman yang sempit dan konsumtif. Masyarakat dan generasi muda khusunya perlu didorong untuk lebih kritis terhadap tren komoditas gaya hidup islami dan menghindari konsumerisme yang berlebihan. Industri halal perlu didorong untuk memproduksi produk-produk yang bermutu tinggi dan tidak hanya mengejar keuntungan semata. Media sosial dan platform digital perlu diisi dengan konten-konten islami yang inspiratif dan edukatif, bukan hanya konten yang bersifat konsumtif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun