Mohon tunggu...
Navy Jahbulon Rangkuti
Navy Jahbulon Rangkuti Mohon Tunggu... .... -

About: https://naufalrangkuti.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"A Letter to My Imaginary Child"

25 Oktober 2017   12:13 Diperbarui: 25 Oktober 2017   12:29 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realizing emotion is far greater than realizing logic, emotion is a flowing market, it changes their nurtured appearance, and it drives the fate of something, just in time.

***

Motion is seamless, similar to invisibility, it can't be seen, can't be touched, can't be equal to anything of some point in life. Life... is an unstable condition, son. It's like a circle of gear. You don't need to stay high, you don't need to believe your self-centered opinion that comes from the top of your mind. You don't need it.

Now why don't you go down.... hear the darkness, and spot the greatest weaknesses on yourself. Well, life is an aviation, it flew over the time, sometimes high, sometimes low. Just go with the flow.

***

A long time ago, I learned something crucial. Something called life-contemplation. Which in Bahasa Indonesia is called, "Renungan hidup."

Betul, nak, saya adalah seseorang itu, seseorang yang dibentak, dipukul, dimarahi dan dikurung itu untuk masa depan yang lebih baik. Untuk menjadi pedang yang tajam, logam perlu ditempa, dalam panas, dalam dingin, dan dalam pukulan - pukulan dahsyat seorang pandai besi yang menempa nya.

Semakin ahli dan presisi keahlian seorang pandai besi tersebut, semakin bagus lah pedang yang dibuatnya. Dalam hidup, kita perlu memulai dari angka kosong, untuk dapat mencapai angka sepuluh, bahkan hingga angka seratus. Dalam hidup, kita perlu menjadi sederhana, nak, dan memiliki prioritas.

Dalam hidup, kita perlu selalu berusaha dan yakin terhadap sesuatu yang ingin kita gapai, jangan menyerah, jangan menyerah sebelum suara perang dikumandangkan. Karena jika kita langsung menyerah, kita sama saja dengan menyia nyiakan sesuatu yang pada awalnya sudah kita rencanakan agar berhasil, namun kita putuskan sendiri di tengah jalan.

Maka, jangan menyerah, meski kita tahu diri kita bodoh, terkadang angkuh, keras kepala, dan segala macam sifat buruk yang masih terdapat di dalam diri kita. Janganlah menyerah, karena kehidupan tidak melihat apakah kamu kaya raya, miskin, tampan apalagi cantik.

Kehidupan itu bukanlah sebuah penyakit, kehidupan itu adalah sebuah karunia yang tercipta begitu saja. Saya pernah dihina, dicaci maki, sebagai seorang anak lelaki, saya pernah tahu bagaimana rasanya berdiri atas perjuangan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun