Dan entah kemana kamu akan membawa aku dengan janji bermainmu ini "Hey, nanti pulang sekolah, kita main berdua ya, ada tugas sekolah nih yang harus dikerjakannya bareng denganmu" Aku mencoba masuk, memahami apa yang tidak mudah dengan tugas sekolah itu, barangkali itu matematika, kubakar juga kertasnya nanti.
Sampai di hutan yang memasuki jauh kedalamnya, ada sebuah tangga dibalik rerimbunannya, ternyata ini sudah berada di pinggir sungai mahakam, kini cuaca hanya gerimis dan aku masih curiga untuk kabur dari apa yang akan dilakukan oleh wanita ini di detik detik yang akan terjadi berikutnya.
"Yuk, kesini." Kami berdua mendekat ke tangga yang tepat berada di pinggiran sungai itu, aku masih diam, mencoba selalu waspada akan apa yang terjadi selanjutnya.
"Aku tahu kamu berbeda, aku tahu sejak pertama kali melihatmu pun aku sudah tahu, bahkan aku tahu kalau kamu tidak akan bicara kalau aku punya hal yang aku sembunyikan ini. Sebetulnya aku udah lama merindukan lagi ada yang nyata seperti kamu. Aku pengen cerita tentang sesuatu, boleh?"
Kemudian dia bercerita panjang lebar mengenai rahasia yang selama ini dia simpan, rupanya dia adalah anak seorang mega-koruptor, hidupnya penuh kegelisahan. Saya mendengarkan....
"Aku pengen peluk, dong?"
Tiba tiba saya seolah mengerti apa yang dikatakannya. Dia memeluk saya disana, saya mempersilahkannya untuk memeluk saya, kini, semua yang menyala begitu padam dalam diam, dalam rintik gerimis yang menyatu, membuat saya tenang, sambil perlahan lahan kami berpelukan, ia menangis, terharu, mungkin?
Rasanya pelukan seorang wanita, memang menggetarkan hujan.
Borneo, 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H