Mohon tunggu...
Navy Jahbulon Rangkuti
Navy Jahbulon Rangkuti Mohon Tunggu... .... -

About: https://naufalrangkuti.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Desa yang Aku Cinta

18 Oktober 2017   08:03 Diperbarui: 18 Oktober 2017   08:31 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


I was born in a small village, where beautiful river are seen streaming and lovely forest are standing above. Every time i set my eyes, these things will never fade. Until one day, rain comes so hard that it was a stormy day, and that stormy day bring a lost demon into our village.

Anda tahu, seekor iblis tetaplah akan menjadi seekor iblis, iblis disini bukanlah iblis sebetulnya, karena saya adalah seorang ateis, saya tidak percaya adanya iblis yang berbentuk aneh seperti di kartun kartun itu... saya tidak ingin berdebat, namun, iblis yang kali ini saya maksud adalah seorang manusia jahat yang tidak senang akan bumi yang begitu indahnya.

Dia datang dengan uang dan kekuasaan, dia menggunduli hutan desa saya demi bisnis dan profit semata. Sungai pada desa saya yang tadinya bening dan bersih, kini mulai menjadi keruh dan tidak terurus, para penduduk pun pindah seketika, desa saya menjadi desa industri. Penuh dengan pabrik ini dan pabrik itu.

Beberapa ada yang senang dengan kedatangan iblis itu, beberapa orang lainnya tidak senang sama sekali, mereka adalah para penduduk yang memutuskan untuk pindah ke tempat lain, meskipun sedih karena harus meninggalkan desa yang sungguh mereka sayangi, dan sungguh mereka cintai.

******

Desa saya sudah rusak, sudah bertahun tahun lamanya rusak. Seekor iblis ini memang benar benar menunjukkan kekuasaannya. Tidak bisa dilawan karena rupanya petinggi desa lebih mencintai uang daripada mencintai desanya. Desa yang indah ini adalah salah satu desa di negeri indah ini.

Dan saya tahu betul betapa indahnya negeri ini tanpa harus mengobankan desa desanya sekalipun. Jadi sudahlah, itu sudah berlalu puluhan tahun lamanya.

Years by years, i am growing up. Not so long after i study english and french, i move to another country,betul, saya pindah ke negara lain. saya pindah ke suatu negara yang orang orang nya memiliki taraf pemikiran yang lebih maju, ternyata, SAYA MENEMUKANNYA. Betapa bahagianya hati saya.

Di hari itu, saya mengurus segala macam keperluan saya, kemudian saya berangkat menuju negara yang saya tuju itu, tentunya setelah melakukan banyak sekali pertimbangan didalamnya. Setelah semuanya siap, saya dalam perjalanan, empat hari lamanya saya pun akhirnya tiba di negara baru.

Disana saya mencari kerja, karena saya sudah fasih berbicara bahasa mereka, saya pun dengan gampang mendapat pekerjaan. Kerja kerja kerja, tanpa terasa waktu terus berlalu, dari mulai nyewa tempat sampai akhirnya saya punya rumah sendiri di negara itu. Saya benar benar tidak menyangka.

Ternyata, tidak memelihara iblis di dunia ini adalah suatu pertimbangan yang baik.... karena begini, di negeri saya yang baru, desa nya bagus, bisnis dan industri nya lancar, dan bahkan saya yakin, industri negeri baru saya lebih bagus daripada industri yang dibangun oleh manusia iblis berakal pendek yang menjajah desa saya itu.

Bahkan, desa yang bagus ini mereka jadikan daya tarik bagi turis, agar turis berkunjung kesini dan menikmati keindahan desa mereka, tentu dengan membayarnya terlebih dahulu, tapi jujur, saya benar benar salut dengan orang orang yang berpikiran maju seperti ini.

Suatu hari dalam kepala saya muncul,

*****

Desa saya yang dulu, bagaimana ya kabarnya? Saya rindu.

Saya mengambil dividen dari akun investasi saya, kemudian saya memesan tiket perjalanan dengan tujuan desa lama saya, nah, pergilah saya.... setelah sampai disana.

ASTAGA.... ternyata desa saya sudah menjadi desa hantu, industri si manusia iblis itu rupanya tidak berjalan lancar ya sepertinya, karena sejauh mata saya memandang, terlihat banyak sekali bangkai bangkai industri yang terabaikan. Banyak sekali bangunan bangunan yang runtuh dan rusak tidak karuan.

Mengapa demikian? Ya tentu saja, industri dulu, industri yang mereka bangun itu hanyalah industri yang dipacu berdasarkan tren semata, dan bukan industri yang memiliki peruntukkan berjangka panjang.... hah, itulah rupanya kalau manusia iblis punya uang, punya kekuasaan, tetapi tidak memiliki pengetahuan.

******

Buat saya, hedonisme tidaklah penting. Ingat... yang tidak penting adalah hedonisme, bukan UANG ya. Kalau UANG itu penting sekali fungsinya untuk menopang kehidupan sehari hari. Buat saya, hedonisme tidaklah penting, tidak perlu menjadi orang yang sok2an membangun suatu industri namun pada akhirnya industri itu gagal juga. Tidak bertanggung jawab.... tidak mau LEBIH berusaha.

Buat saya, yang penting bisa makan. Yang penting bisa bernafas, berolahraga, dan tinggal di suatu desa yang memang udaranya segar, sehat, dan nikmat. Tidak perlu jadi orang SOMBONG. Kerja kecil sekalipun saya tidak apa apa, karena saya tahu saya bisa menabung dan berinvestasi. Ingat... bukan seberapa besar yang didapat, tapi seberapa besar yang dapat kita simpan.

Begitu, kalau kata robert kiyosaki.

Kini sudah genap 10 tahun saya menempati negeri dan desa saya baru ini, tetap terasa asing walau bagaimana pun juga, karena saya tidak lahir di tempat ini, karena saya hanyalah pendatang di tempat ini. Harapan saya... banyak sebetulnya, karena manusia kan memang tidak pernah merasa cukup.

Tapi satu yang paling menjadi harapan saya, mudah2an manusia2 yang seperti iblis itu tidak berkembang lebih bayak dan lebih cepat.

******

Ameerz's Personal Thought.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun