Mohon tunggu...
Navy Jahbulon Rangkuti
Navy Jahbulon Rangkuti Mohon Tunggu... .... -

About: https://naufalrangkuti.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masih Ada Langit di Atas Langit

17 Oktober 2017   03:54 Diperbarui: 17 Oktober 2017   13:07 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan sombong, bung!"

Teriak salah seorang senior di sekolah saya, benar benar menggelegar teriakannya itu. Ada seorang anak baru yang masuk ke sekolah saya, tapi gayanya selangit! Hahaha... kali ini saya akan bahas mengenai hal seperti ini. Hal yang sangat sering ditemui di negara berkembang, eh, tidak hanya negara berkembang saja,

namun jika individu nya memang demikian...ya sudah... sebut saja, individu itu adalah individu yang sedang berkembang... HAHAHAHAHA.

Sekitar tahun 2009, sekolah kami kedapatan siswa baru, anak seorang pejabat di salah satu BUMN. Saat itu, saya sedang banyak sekali memperhatikan apa yang sedang menjadi heboh di sekolah. Perasaan... selama saya sekolah disini, saya tidak pernah se sombong itu, hahaha, bercanda, saya memang tidak suka bragging.

Tapi teman teman tahu siapa saya. Cuma tidak perlu dibesar besarkan, beda halnya, saya tidak seperti anak baru ini... hehehe, kita lihat, apa yang si anak baru ini lakukan sehingga senior senior di sekolah saya berteriak seperti di atas itu.

Rengga, ngakunya keturunan orang kaya, ngakunya keturunan raden, ngakunya segala macam hal, padahal ketika ditanya silsilah keradenan nya mana, dia tidak bisa bicara sama sekali.

Sebelum kita berlanjut, saya mau mengingat nasihat mendiang kakek saya... yang sangat sangat penting untuk diingat.

******

"Dalam kehidupan... kita berhadapan dengan yang namanya lingkungan sosial, mbok itu dijaga... yang namanya perilaku. Jangan besar mulut tapi tidak ada tindakan... hiduplah dengan baik... hiduplah yang damai dengan sesama... mbok jangan saling meremehkan...

Dalam kehidupan... kita saling membutuhkan... mbok tolong menolong... jangan saling tercerai berai. Jangan saling menghina sesama... jangan pula senang membohongi sesama... Dalam kehidupan... orang orang melihat, mengetahui, dan memahami keberadaan kita...

Jadi ya menjaga perilaku itu penting... menjaga perilaku itu adalah bagian dari hidup dengan keluarga, hidup dengan tetangga, dan hidup dengan siapapun, dan dimanapun itu berada... Yah, kamu... itu jangan jadi besar kepala... kamu diberi keberuntungan. Kamu diberi kecukupan, kamu diberikan umur...

Ya hargai perasaan orang lain... jangan bertindak sembrono... jangan bertindak kasar... jangan melakukan yang kamu rasa, orang lain tidak akan menyukainya... begitu... Inget, diatas langit, masa ada langit loh..."

******

Terima kasih... kakek.

Namun nyatanya dunia hari ini sudah tidak sama seperti dunia dahulu, seperti yang saya kira. Dunia hari ini semakin gila, semakin ganas, dan semakin tidak karuan. Meskipun tidak semuanya, tapi beberapa yang berbuat kacau, selalu saja ada. Kembali ke sekolah saya, di sekolah saya, kalau tidak mendapat beasiswa, satu bulan biaya sekolahnya bisa sampai 20 juta.

Wajar, sekolah swasta. Dan letaknya di ibukota. Tapi kata banyak orang kualitas nya bagus, jangan tanya pendapat saya sekolahnya bagus atau tidak, karena saya masuk ke sekolah ini dengan beasiswa, ya sudah pasti saya oke ajaaaa hahahaha. Bercanda, ini sekolah bagus, saya senang sekali bisa diterima di sekolah ini.

Namun jika ada orang yang masuk ke sekolah ini dengan tanpa beasiswa, sudah bisa dipastikan mereka adalah orang orang yang berada. Tetapi bukan berarti mereka bodoh ya, hanya saja mereka tidak mendapat beasiswa, karena mereka kurang pintar... atau, karena mereka tidak tahu info mengenai adanya beasiswa di sekolah ini.

Dan bagi yang masuk ke sekolah ini dengan beasiswa, jangan kira pula mereka adalah orang orang yang tidak mampu. Tidak, mereka ada yang mampu, bahkan melebihi mampu. Hanya saja, mereka memang mendapatkan beasiswa, tentu karena mendapat info, mendapatkan kesempatan, dan lulus dari seleksi, karena usaha mereka masing masing.

Tetapi si anak baru ini...

Membuat beberapa orang di sekolah kami tidak menyukai dirinya, utamanya adalah para senior saya. Saya bukannya mau sok mengurusi urusan orang lain, masalahnya, senior saya sedang sering seringnya membicarakan tentang si anak baru ini.. sedangkan saya sebagai seorang siswa yang senang mengamati, saya hanya ikut masuk kedalam pembicaraan mereka.. lalu mengamati apa saja yang mereka katakan.

Karena kata mereka, para senior saya, anak baru ini benar benar keterlaluan besar kepalanya. Sudah tidak masuk sekolah karena beasiswa... jadi intinya dia bayar biaya sekolah bulanan. Ah, 20 juta satu bulan hanyalah urusan kecil bagi anak anak orang berada yang bersekolah di sekolah kami.

Sombong sekali... baru hari pertama masuk sekolah saja sudah bawa bawa mobil pribadinya... dengan supir pribadinya pula...

petantang petenteng kesana dan kesini... tidak terpikirkan kah, di kepalanya, bahwa mungkin masih ada yang lebih dahsyat dari dia. Memang... di sekolah saya, ada peraturan yang menyebutkan, siswa tidak perlu membawa mobil...

Gunakan saja transportasi umum seperti bus, taksi, atau angkot... dan... peraturan ini banyak ditaati oleh para siswa di sekolah saya. Kalaupun perlu membawa mobil, bawalah mobil yang seperlunya, tidak usah, UPS, pamer sana, dan pamer sini. Kalau bisa, jangan terlalu menyita perhatian publik. Karena barangkali ada kejadian yang tidak diiinginkan... terjadi.

Hahaha, daripada saya banyak berbicara, langsung saja saya menyimak kejadian yang seru diantara si anak baruversus para senior sekolah saya.

"Gw anak baru... bokap gw pengusaha minyak dan gas besar di b*likpap*n... Lo mau naek lambo gw? tuh, gw parkir di basement sekolah."

Anak anak cewek emang ribut ya... Pada pengen naek lambo.....

Murc...

"Murcielago doang, bro?

"Yakin uda rich, bro?"

"Iyalah... Gw satu satunya disini yang bawa lambo."

"O... Gitu ya."
"Di sekolah bukannya ga boleh bawa mobil ya? Gw aja takut bro, bawa mobil.. Takut dibilang ga mampu."

"Bentar ya bro."

Senior saya undur diri, mengambil ponselnya, kemudian menelfon seseorang dari ponselnya pada jam istirahat sekolah kami.

"Halo, pak, coba main ke sekolah dong. Ajak main aja si roadster."

Anak baru itu kebingungan, nampaknya. Saya di basement sudah menahan tawa dengan teman teman saya yang lainnya.

"Tunggu bentar ya bro, ada yang mau ngajak kenalan.." -- Sahut senior saya kepada anak baru itu.

20 menit kemudian sebuah pagani zonda roadster f masuk kedalam basement sekolah kami... Bergerak perlahan, dalam elegan.

Melhat pemandangan itu, sontak si anak baru mengalihkan topik pembicaraan dan mencari perhatian dari yang lainnya.

"Gimana girls, ada yang udah siap berangkatt?"

"Et, et, mau kemana bro?"

"Gw mau jalan jalan di jakarta lah..."

"Ooo, ajak aja itu mobilnya jalan jalan di kampung bro. Ga pantes dibawa ke jalanan jakarta."

"EH, maksud lo NGOMONG gitu, APAAN?

"Hahah, peeps, lambo doang ya gak sih?"

Anak2: "Hahahahaha, yang gitu mah sepuluh ekor juga gw punya dirumah. Buat pembokat gw kalo pergi ke pasar.

"Anjirrr sombong banget sih."

"Anda yang jangan sombong... Hahaha." -- Senior saya tertawa sinis kepada si anak baru itu.

Salah seorang senior lainnya: "Jangan sombong, bung!"

Saya: "Diatas langit, masih ada langit bunggg!"

Semua di basement: "Haaaahahahahaha."

"Hahahahaha. Lambo doang... Youtuber juga bisa beli." ~ Ucap senior saya.

The End.

Fiksi Kota Kota, 2017


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun