Apa yang terbetik dalam benak anda ketika membaca atau melihat melalui tayangan televisi tentang seorang bocah yang berusia 5 tahun yang merawat ibunya yang lumpuh?
Rasa sedih, haru, bercampur bangga? atau malah sebaliknya mempertanyakan mengapa bocah kecil tersebut bisa mengalami hal tersebut? Diiringi dengan komentar yang negatif tentang orang-tuanya yang tidak bertanggung-jawab? Pertanyaan-pertanyaan yang sangat mungkin timbul terkait pemberitaan tentang bocah tersebut.
Berita yang ditayangkan oleh televisi setahun yang lalu tersebut, mengabarkan tentang bocah yang bernama Muhammad Aditya tersebut menjadi perhatian anak sulungku yang berumur 6 tahun tanggal 21 Desember tahun ini. Salman panggilan sehari-harinya, bertanya kepada uminya tentang tayangan televisi tentang bocah tersebut,
”Itu kenapa mi?” ,
“Oh itu?” Istri saya kemudian menjelaskan tentang tayangan tersebut
”Itu anak yang membantu ibunya yang sedang sakit”.
Istri kemudian melanjutkan bahwa anakku yang sulung tersebut bisa berbuat hal serupa dengan anak tersebut, dengan membantu menjaga kedua adiknya kalau umi sedang kesekolah, beres-beres rumah atau sedang mandi. Istri berprofesi sebagai guru, sehingga ketiga anak saya dititipkan ditetangga sebelah rumah yang kebetulan dagang di kantin sekolah yang berbeda.
Salman sebagai anak tertua “merasa” bertanggung-jawab untuk menjaga 2 adiknya. Terkadang bila rumah dalam keadaan berantakan dan kotor, ia tidak segan untuk menyapu dan membereskan mainan yang habis digunakan ketempatnya semula. Sedangkan saya terpisah ribuan kilometer jauhnya karena mencari nafkah, sehingga pertemuan hanya terjadi jika ada hari libur saja.
Pelajaran hidup seperti yang dialami oleh Aditya yang tertangkap mata oleh Salman dan penjelasan yang diberikan oleh istri bisa menjadi sebuah pelajaran penting yang membekas hingga dewasa. Bisa mempengaruhi pola fikir dan kepribadian sang anak untuk menjadi manusia yang punya rasa empati, tanggung-jawab, baik terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Pelajaran yang terkadang tidak didapatkan melalui bangku sekolah, suatu pelajaran bagaimana memaknai kehidupan yang tengah dan akan dijalani kedepan.
Fungsi istri sebagai seorang ibu mendidik anak-anaknya untuk menjadi anak-anak harapan setiap orang tua tentunya sangat vital sekali. Apalagi jika sang suami jauh dari sisi atau lantaran kesibukan yang menyita banyak waktu, sehingga kesempatan untuk bertemu dengan anak-anak sangat terbatas. Meskipun idealnya kedua orang-tua bisa saling bahu membahu memberikan pendidikan tentang kehidupan kepada anak-anaknya melalui tatap muka yang intens.