Anda tahu berapa jumlah anggota DPR dari pusat hingga daerah?, Apakah anda juga tahu berapa pemimpin yang berkuasa dari Sabang sampai Merauke?. Kalau anda ingin bersusah-susah merekapitulasi berapa jumlah mereka, mungkin anda akan mendapat jawabnya. Tapi yang pasti jumlah mereka jauh lebih sedikit prosentasenya dari seluruh penduduk Indonesia.
Kalau anda sudah bisa menganalisa arah pembicaraan ini dengan membaca judul dan sedikit kalimat diatas, mungkin anda termasuk orang yang dibutuhkan oleh negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya.
Demokrasi adalah cara yang dipakai oleh negeri ini untuk mengatur dan mengelola kehidupan politiknya. Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, adalah kalimat yang sering kita dengar untuk mendeskripsikan apa sebenarnya demokrasi itu. Bila mau dideskripsikan lebih jauh lagi, demokrasi adalah sesuatu yang berasal dari manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Tak ada Tuhan (illah, apalagi Allah) melainkan demokrasi itu sendiri.
Manusia mengatur kehidupannya sendiri dengan menghilangkan Allah sang pencipta manusia dalam praktek-praktek demokrasi berupa aktifitas politik. Demokrasi tidak mengenal Tuhan dan wajib untuk disingkirkan karena akan mengganggu, bahkan sangat mengganggu. Bukankah gaung untuk menghilangkan keilahian sering kita dengar dalam proses perpolitikan kita?, politik adalah politik dan agama adalah sesuatu hal yang terpisah dan bukan bagian dari proses politik.
Lalu demokrasi yang mengandalkan manusia ini pun membuahkan hasil bahwa telah terjadi kerusakan secara sosial dan struktural yang terjadi akibat proses politik yang dilakukan oleh segelintir manusia yang duduk dalam kursi-kursi kekuasaan. Entah itu yang disebut sebagai legislatif maupun eksekutif.
Hah!, bahkan rakyat yang mengelu-elukan demokrasi pun tak mau bertanggung-jawab atas pilihan mereka sendiri!. Bahwa kerusakan, kebobrokan yang terjadi bukan karena salah mereka dalam memilih wakil-wakil dan pemimpin mereka. Semua kesalahan bertumpu kepada segelintir manusia yang juga mereka pilih sendiri, dahulu saat mereka dimabukkan oleh janji-janji manis manusia-manusia palsu yang menebar rupiah.
Bukankah bila benar jalan demokrasi itu yang telah kita pilih, berarti kita ada didalam lingkaran kebobrokan itu?.
Kita tak mungkin mengelak bahwa itu semua ada andil yang telah diberikan. Pemimpin diantara kita adalah orang-orang yang juga cerminan diri kita juga, mereka baik karena kita baik, mereka rusak karena secara umum memang kita juga rusak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H