3) Refleksi Diri dan Penilaian MoralÂ
Mengembangkan practical value rationality juga memerlukan refleksi diri yang terus-menerus. Sarjana perlu mempertanyakan prinsip-prinsip apa yang menjadi dasar dari tindakan mereka dan bagaimana prinsip-prinsip itu bisa diaplikasikan dalam situasi nyata.Â
Melalui refleksi ini, mereka bisa belajar dari kesalahan dan kesuksesan dalam menghadapi dilema moral dan praktis. Selain itu, mereka perlu mengasah kemampuan untuk menilai situasi secara moral tanpa melupakan keefektifan tindakan yang dipilih.
4) Kolaborasi dan Diskusi TerbukaÂ
Berpikir rasional dan mempertimbangkan nilai sering kali menjadi proses kolektif, bukan hanya individu. Dengan berdiskusi dengan rekan, mentor, atau profesional lain, seorang sarjana bisa memperluas perspektifnya tentang cara membuat keputusan yang baik.Â
Kolaborasi dan diskusi terbuka juga membantu untuk menguji validitas nilai-nilai yang dipegang serta mengeksplorasi kemungkinan solusi yang lebih praktis.Â
5) Studi Kasus dan Analisis DilemaÂ
Salah satu metode yang sering digunakan dalam pendidikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional berbasis nilai adalah melalui studi kasus dan analisis dilema. Dengan mengeksplorasi berbagai skenario yang melibatkan konflik nilai dan tujuan, seorang sarjana dapat menguji kemampuan mereka dalam mempertimbangkan semua faktor yang terlibat dan menentukan tindakan yang paling tepat. Dalam proses ini, mereka belajar untuk tetap rasional dan pragmatis, sambil tetap setia pada nilai-nilai inti yang dipegang.Â
Penutup
Menjadi sarjana bukan hanya tentang memperoleh gelar akademik atau pengetahuan teoretis semata. Lebih dari itu, seorang sarjana dituntut untuk mampu berpikir rasional dan bertindak secara bijak di dunia nyata.Â
Practical value rationality adalah salah satu kemampuan penting yang perlu dikembangkan oleh seorang sarjana, karena ia memungkinkan seseorang untuk tetap setia pada nilai-nilai yang dipegang, sambil tetap mempertimbangkan realitas praktis yang ada di sekitar mereka.Â