Udah hampir pagi, sambil ditemenin kopi hitam saya iseng browsing cari film yang bikin mata seger tapi malah penasaran sama film jadul di tahun 2011 yang judulnya "Adam Chaplin". Film ini disutradarai oleh Emanuele De Santi. Memang udah agak lama, tapi saya baru nonton filmnya saat ini.
De Santi berusaha memberikan visualisasi ala manga didalam film ini dan menurut saya cukup berhasil. Manga kalo didalam film animasi atau kartun saya rasa bisa divisualisasikan dengan baik dan gak terlalu banyak pengaruhnya, seperti sebuah komik yang bergerak. Tapi disini De Santi mewujudkannya didalam medium manusia (bukan komik) ditambah special effect yang lumayan hebat, hingga efek splatter ciri khas manga dapat divissualisasikan dengan apik. Kalo anda tertarik dengan film ini monggo dilanjut riviewnya, karena saya ngak menjamin kalo ditengah film anda mual dan muntah.
Adam Chaplin hanyalah seorang biasa yg hidup dikota Heaven Valley yang ingin balas dendam kepada Denny Richard, pejahat yang menguasai kota karna telah menyiksa dan membunuh istrinya. Karena ngak percaya lagi sama yang namanya polisi, akhirnya Adam Chaplin meminta bantuan kepada Derek, semacam iblis yang akhirnya memberikan kuatan super yang bisa membunuh lawannya dengan sekali tonjok. Jalan cerita film ini sebenernya simple banget, cuma tentang kebaikan vs kejahatan. Kalo anda suka dengan tema film yang berat dengan kekuatan cerita atau skenario yang bagus, anda harus siap-siap kecewa berat. Inti dari film ini cuma tentang bales dendam, gak kurang gak lebih. Titik berat film hanya mengedepankan visualisasi ala manga, dan menurut saya 99% akurat dan 1% nya adalah akting dari para bintang yang mendukung film ini. Anda bisa melihat darah muncrat dimana-mana, adegan kekerasan yang sangat ekstrem, tapi memang itulah ciri khas dan kekuatan splatter film yang sering mendominasi di teater grindhouse.
Demi menambah kesan horor dan splatter, film ini bernuansa biru dan cenderung gelap dikombinasikan nuansa merah darah sehingga sangat kontras sekali disetiap scene eksekusi. Pengambilan gambar juga kebanyakan close up yang terkadang bikin perut mual. Dari segi akting semuanya biasa aja karena di film ini ekspresi yang ada cuma marah dan kesakitan, hampir minus ekspresi takut. Dan seperti yang saya bilang diatas, lupakan tentang skenario bagus yang membuat penonton berpikir tentang ending dari film ini atau akting pemainnya. Film ini hanya memuaskan nafsu untuk melihat adegan kekerasan yang ingin mengajak para splatter movie buat bersenang-senang. It's purely an entertainment for cult and splatter movie fans, in manga ways
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H