Akhirnya bulan penuh kemunafikan ini selesai, demikianlah judul tulisan saya hari ini, bulan yang sebagian dianggap bulan penuh rahmat dan suka cita tak lebih daripada bulan penuh kemunafikan, kenapa saya bilang demikian?
Karena banyak umat islam hanya melakulan ritual saja, hanya mengganti jam makan dan cuma ikut-ikutan menahan lapar, padahal orang miskin yang kelaparan pun gak butuh kalian ikut-ikutan menahan lapar seperti mereka, tapi mereka butuh makan, mereka butuh kita peduli, bukan cuma ikut-ikutan kelaparan seperti mereka tapi sore hari makan kalap tak terkira.
Ramadhan itu bulan penuh kemunafikan, menjelang idul fitri orang-orang "memaksakan" diri untuk beli pakaian baru, memaksakan diri untuk "mudik" meski sampai harus ngutang, termasuk untuk memborong kue-kue sebagai bentuk tradisi, memaksakan diri rental mobil mewah, bahkan supaya tampil cantik dan keliatan sukses di kota mereka "terpaksa" ngutang untuk beli perhiasan dan setelah selesai idul fitri mereka sibuk gadai emas, jual perabot untuk bayar hutang, atau untuk nebus barangnya yang digadai menjelang lebaran.
Mereka rela bersenang-senang diantara penderitaan, kepuasan tersendiri jika sudah berkumpul dengan sanak keluarga, meskipun harus ber-munafik ria sampai harus ngutang sana-sini dan gadai barang. Mudik tidak hanya di Indonesia tapi juga di India, Bangladesh dan di China menjelang Imlek.
Setiap tahun akan banyak korban jiwa karena banyak terjadi kecelakaan demi "mudik" mereka rela terperangkap kemacetan berjam-jam, waktu mereka terbuang di jalanan, kacaunya pengaturan mobil, jalanan yang rusak, ego dalam berkendara, menambah panjang kisah penderitaan menjelang dan setelah lebaran.
Menurut saya budaya mudik di Indonesia dikarenakan adanya kesenjangan sosial yang tinggi antar daerah, tidak meratanya pembangunan hingga orang harus kekota untuk mencari lapangan pekerjaan, dan budaya rantau masyarakat yang menganggap kurang puas dari hidup di kampung halaman (kampung asal) dan juga budaya "ngumpul" yang sedari dulu memang budaya masyarakat dibanyak tempat.
Huuuuuuuffffttttt ..... akhirnya selesai juga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H