Mohon tunggu...
Indira Revi
Indira Revi Mohon Tunggu... -

Simple Life...Simple Thought...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Riuhnya Masjid Agung Sumedang Setelah Lebaran

9 Juli 2016   09:12 Diperbarui: 9 Juli 2016   09:17 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung Sumedang/dokpri

Hari kedua setelah lebaran Idul Fitri 1437 H, saat bersilaturahim ke tempat sahabat di Kota Sumedang yang berada di sebelah timur Kota Bandung, kusempatkan mampir ke Masjid Agung Sumedang yang cukup megah. Dalam catatan sejarah lisan, masjid ini telah berumur ratusan tahun, karena dibangun tahun 1850 oleh perantau  tionghoa yang tinggal di Sumedang. Bangunan masjid yang dibangun masa kepemimpinan Bupati Sumedang Pangeran Soeria Koesoemah Adinata alias Pangeran Soegih (1836-1882) arsitekturnya cukup unik. Bentuk kubahnya seperti pagoda, bangunan di dalamnya dipenuhi tiang khas gaya bangunan tempo dulu layaknya bangunan abad ke-19. Setelah dilakukan beberapa kali renovasi (tahun 1913, 1962, 1982 dan 2002) bangunan asli berupa menara bersusun tiga berbentuk limas diatapnya tetap dipertahankan sebagaimana aslinya sewaktu awal dibangun.

Di dalam ruangan masjid berlapis marmer untuk shalat tersebut  terdapat ratusan tiang yang cukup kokoh berdiri dengan total keseluruhan tiang sebanyak 166 buah. Di atapnya di pasang ornamen kayu sehingga menambah artistik ruangannya. Di koridor belakang masjid terdapat tulisan quran besar dan jam antik yang berumur sudah cukup tua.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Dulu, di awal pembangunannya halaman masjid agung terlihat sangat luas, bahkan seolah terlihat seperti berada di bawah kaki gunung. Kini, masjid agung terlihat makin riuh bukan hanya dipenuhi oleh jemaah yang melaksanakan ibadah shalat lima waktu, namun halaman dekat alun-alun juga dipenuhi oleh berbagai pedagang yang menjajakan berbagai makanan dan aneka dagangan, seperti makanan maupun pernak-pernik hiasan.

Pedagang di sekitar masjid dan alun-alun sumedang
Pedagang di sekitar masjid dan alun-alun sumedang
Di tengah alun-alun yang bersebelahan dengan masjid terdapat bangunan berbentuk Lingga  menjadi bukti sejarah kebesaran masa lalu. Monumen lingga ini dibangun oleh Pangeran Siching dari Belanda pada tahun 1922 untuk mengenang Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeriaatmadja yang  dianggap berjasa  mengembangkan sektor pertanian, kesehatan, pendidikan, perikanan, kehutanan  dan berbagai bidang lainnya di Sumedang.  Di sisi dinding Lingga terdapat aksara sunda bertuliskan masa kepemimpinan Bupati Sumedang tahun 1883-1919.   

Monumen Lingga Landmark Sumedang /dokpri
Monumen Lingga Landmark Sumedang /dokpri
Masjid Agung Sumedang merupakan tempat penyebaran syiar islam  dan simbol toleransi kehidupan umat beragama. Ini ditandai hidup rukunnya warga setempat dengan warga tionghoa yang telah datang dan menetap di Sumedang sejak ratusan tahun lalu yang turut mempengaruhi bangunan masjid bergaya arsitektur tionghoa. Semoga makin riuhnya Masjid Agung dan alun-alun Sumedang dengan aneka pedagang yang menjajakan dagangan tidak mengurangi kekhusukan masyarakat yang sedang menjalankan ibadah shalat.  

Sekilas catatan ringan. Yuk ahh pamit dulu mau menikmati  kuliner ubi cilembu dan  tahu Sumedang yang rasanya gurih, nikmat dan maknyuss. Nah buat rekan kompasianer yang kebetulan melintasi Kota Sumedang Larang, silahkan mampir sejenak ke masjid yang bernilai historis ini, semoga dengan beribadah dapat meningkatkan iman dan  ketaqwaan kita kepada Tuhan YME.

Salam jalan-jalan dari Kota Tahu Sumedang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun