Sobat kompasianer pernah mendengar atau membaca iklan: “Di jual sebuah Pulau?” Kalau belum pernah mendengar nih kuceritakan kisah traveling ku ke sebuah pulau yang ada di pesisir barat Lampung yang ternyata menurut informasi warga sekitarnya pulau yang kukunjungi adalah milik orang asing. Namanya Pulau Pahawang Kecil.
Sebagai Negara dengan gugusan pulau-pulau Indonesia kaya akan sumber daya alam, adat istiadat, budaya dan pesona alam yang keindahannya luar biasa dan sangat beragam. Salah satu tempat di pesisir barat Lampung yang mempunyai magnet daya tarik wisata bahari yaitu Pulau Pahawang. Di sini wisatawan dapat menikmati memancing, diving dan snorkelling.
Untuk sampai ke pulau Pahawang, aku melalui pintu masuk melewati dermaga pantai Ketapang. Disini terdapat perahu yang disewakan oleh nelayan yang akan mengantarkan wisatawan keliling-keliling Pulau Pahawang dan pulau-pulai kecil di sekitarnya. Memerlukan waktu lebih kurang 30 menit perjalanan dari dermaga ke P Pahawang Kecil. Panorama di sekitarnya cukup indah, walau air tidak jernih seperti di Radja Ampat atau perairan kawasan timur Indonesia, wisatawan dapat melihat ikan-ikan kecil secara jelas saat cuaca cerah dan gelombang air laut tenang. Dari kejauhan terlihat gradasi air laut yang berwarna biru berubah menjadi hijau toska dan pasir putih halus membentang di tepian pulau yang tersapu riak ombak.
Tanda dilarang memasuki pulau milik pribadi
Penginapan di P Pahawang Kecil
Pulau Pahawang Kecil Milik Pribadi
Saat perahu yang kunaiki merapat di tepi pantai Pulau Pahawang Kecil, beberapa orang penjaga pulau langsung mendekati dan melarang memasuki pulau tersebut. Dalam dialog dengan warga di Pahawang diketahui bahwa Pahawang kecil merupakan pulau pribadi milik warga asing. Pemiliknya membangun penginapan yang cukup mewah dengan dermaga untuk perahu merapat.
Di samping itu dibuat juga kursi-kursi taman untuk menikmati hamparan pemandangan laut. Pemiliknya hanya datang sewaktu-waktu dan hanya setahun sekali untuk berlibur, saat pemiliknya datang maka wisatawan lokal atau perahu nelayan dilarang mendekat atau merapat ke pulau tersebut. Dalam pengamatanku bukan hanya Pahawang Kecil yang ‘dikuasai’ orang asing, di Pantai Tanjung Setia Krui yang gelombangnya cukup aduhai untuk berselancar (surfing) juga sudah cukup banyak lokasi yang di kavling-kavling entah oleh siapa.
Wisatawan selesai berselancar di Pantai Tanjung Setia
Pulau Pahawang Kecil dan Pahawang Besar memang pulau terpisah. Namun saat gelombang surut kedua pulau ini menyatu dan hanya terpisah oleh hamparan pasir putih. Di kawasan Pahawang ini kusempatkan
snorkeling untuk menikmati pemandangan bawah laut yang berisi terumbu karang dan ikan-ikan kecil.
Peralatan snorkling siap di perahu
Kita memang harus membuka diri kepada wisatawan mancanegara agar turis mau datang berwisata sehingga dapat meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata. Kelemahan sektor pariwisata Indonesia yang masih menjadi kendala yaitu pada infrastruktur dan prasarana seperti kelayakan penginapan, makanan, keamanan dan kenyamanan sehingga perlu mendapat perhatian serius dari dinas terkait. Padahal jika kawasan wisata bahari ditata dan dikelola dengan baik dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi nelayan dan warga sekitarnya.
Perahu nelayan menjala ikan dengan jaring sederhana
Kawasan tujuan wisata bahari merupakan tempat yang nyaman untuk menghilangkan kepenatan dari bisingnya deru knalpot di kota besar dan setiap destinasi wisata memiliki karakteristik unik yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Namun apakah kita rela jika pulau kita dikuasai orang asing dan saat kita ingin menikmati bumi dan air warisan nenek moyang kita justru di usir atau harus membayar mahal?
Sobat kompasianer rela Pulau kita dikuasai orang asing? Tentu tidak dong!
Salam Wiken.
*foto-foto dokpri
Lihat Travel Story Selengkapnya