Mohon tunggu...
Indira Revi
Indira Revi Mohon Tunggu... -

Simple Life...Simple Thought...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Orangutan Borneo dan Orangutan Sumatera

11 Oktober 2014   22:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika sesaat berada di Palangka Raya, salah satu tempat yang saya kunjungi yaitu The Borneo Orangutan Survival (BOS), Nyaru Menteng Kalimantan Tengah. Tempatnya kira-kira 30 kilometer dari kota Palangka Raya. Aktor Harrison Ford tahun lalu pernah berkunjung ke Nyaru Menteng sewaktu akan membuat proyek film dokumenter berjudul The Years Living Dangerously.

[caption id="attachment_365633" align="aligncenter" width="300" caption="(Dok: Yayasan Borneo Orangutan Survival)"][/caption]

Orangutan merupakan anggota keluarga kera besar yang di Indonesia hanya dapat ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Saat ini populasi orangutan semakin berkurang dan masuk dalam kategori terancam punah. Masalah utamanya karena pengrusakan hutan dan pembukaan lahan pertanian dan pemanfaatan hutan secara berlebihan. Disamping itu ada pembakaran hutan dan penebangan hutan secara liar. Habitat alami orang utan makin terdesak. Di beberapa tempat bahkan orangutan dibunuh dan dagingnya dimakan. Sungguh tidak berperikebinatangan.

Adanya organisasi yayasan BOS yang membantu penyelamatan orangutan seharusnya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Disini orang utan dikarantina, dirawat dan dilatih. Setelah cukup umur dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dipindahkan kembali ke habitat asalnya. Orangutan dilatih dalam berbagai kondisi hutan normal maupun ketika menghadapi kondisi ekstrem. Untuk mengawasinya dipasang microchip di bawah kulit tengkuknya. Konon tengkuk merupakan tempat yang jarang disentuh oleh orangutan. Jika dipasang ditempat lain akan diambil dan dibuang oleh orangutan tersebut.

Di Indonesia ada dua spesies orangutan yang berbeda secara genetik, yaitu orangutan Kalimantan dan orangutan Sumatera. Orangutan Kalimantan sendiri memiliki tiga sub spesies. Hasil identifikasi haberdasher studi genetika, Pongo pygmaeus pygmaeus ditemukan di Barat laut Borneo,Pongo pygmaeus wurmbii ada di Borneo bagian tengah dan Pongo pygmaeus morio di timur laut Borneo.

Dibandingkan orangutan Kalimantan, ciri orangutan Sumatera memiliki bulu lebih terang, janggut lebih panjang. Adapun kantong pipi lebih menyempit dan bentuk tubuh lebih ramping. Berat orangutan jantan asal Kalimantan yang pernah ditemukan yaitu 150 kg, sedangkan orangutan jantan Sumatera beratnya lebih kurang 80 kg.

Ketika masih senang menjelajah gunung, saya sempat ‘naik’ ke taman nasional gunung leuser. Di tempat ini juga terdapat pelestarian orangutan. Untuk tujuan wisata dibuat “Orangutan Feeding Point” sebagai tempat untuk memberi makan orangutan. Lokasinya berada di dalam hutan dan untuk menuju kesana harus dilalui dengan jalan mendaki. Di tempat ini pagi dan sore hari orangutan diberi makan. Turis asing banyak datang kesini untuk berwisata maupun melakukan penelitian.

[caption id="attachment_365634" align="aligncenter" width="300" caption="(Orangutan di TN gunung leuser dok.pri)"]

1413014190413253258
1413014190413253258
[/caption]

Hal menarik tentang orang utan, ternyata orangutan memiliki memori yang sangat baik dan akan selalu kembali ke tempat kelahirannya. Orangutan yang terusir dari habitatnya karena dirusak dan dijadikan kebun sawit, suatu saat orangutan akan kembali ketempat asalnya ketika makanan di hutan sudah tidak ada.

Orangutan harus diberi kesempatan untuk hidup. Harus ada tempat yang layak karena sulitnya menemukan hutan yang aman sebagai lokasi pelepasliaran. Perlu kesadaran bersama untuk perlindungan orangutan. Setiap tahun populasi sudah makin berkurang jumlahnya. Bila ada organisasi nirlaba yang membantu pelestarian hutan dan satwa seharusnya mendapat dukungan dari semua pihak.

Manusia kalau disebut ‘monyet’ atau orang utan pasti akan marah, tetapi habitat orangutan dirusak terus. Bahkan di masa orde baru dahulu ada orang yang mendapat julukan si Raja Hutan.

Met Malam Minggu. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun