Mohon tunggu...
Indira Revi
Indira Revi Mohon Tunggu... -

Simple Life...Simple Thought...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Halte Nyentrik Tetapi Kurang Fungsional

19 Januari 2015   05:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:50 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok.pri)

Pagi tadi saat car free day, aku bersama beberapa sahabat menyempatkan diri berkeliling Bandung menggunakan sepeda. Salah satu tujuan gowes keliling kota yaitu untuk menikmati hari libur dan melihat beberapa halte bus nyentrik Trans Metro Bandung (TMB) yang sedang gencar dibuat oleh walikota Bandung Ridwan Kamil.

Desain halte TMB yang dibuat oleh pemkot Bandung cukup unik, konon mengadopsi dari Brasil. Halte unik yang sempat aku temui salah satunya berbentuk seperti kapsul. Bentuknya bagus dari sisi desain namun dari segi fungsi banyak dikritik oleh penyandang disabilitas.

Salah satu yang menyoroti efektifitas dan manfaat halte TMB adalah organisasi Bandung Independent Living Center (BILiC). Halte kapsul ini dianggap tidak mengakomidasi bagi warga penyandang disabilitas. Selain posisinya yang cukup tinggi tidak ada akses bagi penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda untuk masuk ke dalam halte tersebut.

1421595301278858806
1421595301278858806
(Dok.pri)

Aku sendiri beberapa hari sebelumnya mendapat email, diminta untuk mendukung petisi di situs change.org. Tulisan dalam petisi tersebut mengkritisi sikap Walikota dan DPRD Bandung yang bersikap diskriminatif dalam kebijakan yang mengabaikan kaum penyandang disabilitas. Indonesia telah meratifikasi konvensi perlindungan Hak Penyandang Disabilitas sehingga wajib memenuhi, melayani dan melindungi warga penyandang disabilitas.

Aku sendiri ketika memperhatikan beberapa halte TMB yang sudah cukup banyak dibangun di ruas-ruas jalan sepanjang kota Bandung memang ada beberapa tempat yang cukup memprihatinkan. Ada yang sudah tidak terawat dengan baik, kaca sudah pecah dan banyak grafiti coret-coretan.

Jika hal ini didiamkan oleh Pemkot dikhawatirkan akan menjadi tempat ‘menginap’ tunawisma. Pernah aku melihat di dalam halte di pergunakan untuk duduk-duduk dan bermain catur di dalamnya. Ini sangat mengganggu para penumpang yang menunggu bis atau angkot di halte tersebut. Padahal pembuatan halte ini dibangun menggunakan uang rakyat. Jangan sampai fasilitas yang telah dibuat menjadi sia-sia.

Sekilas tulisan ringan. Salam Malam!!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun