Mohon tunggu...
Indira Revi
Indira Revi Mohon Tunggu... -

Simple Life...Simple Thought...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Kantor Pos Tua

7 Februari 2019   00:01 Diperbarui: 7 Februari 2019   00:08 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini berbagai media memberitakan bahwa pegawai Pos Indonesia melakukan demonstrasi menuntut perubahan manajemen di level pimpinan (direksi). Alasannya direksi  BUMN Pos Indonesia tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik dan kurang memperhatikan kesejahteraan karyawan

Ingat Pos Indonesia, aku terbayang kantor pos tua (kuno) yang berada di Kota Bengkulu. Sewaktu tempo hari  tourney ke bumi raflesia Bengkulu, aku sempat mengunjungi bangunan tua yang cukup mempunyai nilai histori dan peran penting dalam korespondensi di masa lalu, yaitu kantor pos.

Bekas gedung Kantor Pos ini merupakan peninggalan kolonial Inggris yang terletak tidak jauh dari pusat kota yang berhadapan dengan monumen Thomas Parr. Dalam catatan sejarah, Inggris pernah menduduki Bengkulu tahun 1685-1825 sebelum menyerahkannya kepada Belanda.

Kantor Pos dibangun masa Kolonial Inggris/dokpri
Kantor Pos dibangun masa Kolonial Inggris/dokpri
Tugu Thomas Parr di depan Kantor Pos/dokpri
Tugu Thomas Parr di depan Kantor Pos/dokpri
Saat mendatangi bangunan tua ini terlihat di tiang penyangganya tulisan cagar budaya, "Kantor Pos ini dibangun pada saat kolonial Inggris tahun 1817". Bangunan kuno ini  bergaya eropa abad ke- 19 dengan pintu kayu yang cukup  tinggi, jendelanya cukup lebar  untuk ventilasi udara dan bagian bawah dinding bangunan terdapat fondasi batu yang cukup kokoh.

Di masa lalu bangunan ini merupakan kediaman pejabat Inggris kemudian dimasa pendudukan Belanda dan Jepang difungsikan sebagai kantor pos. Sekarang bangunan ini telah menjadi cagar budaya namun sayangnya kondisi bangunan sangat memprihatinkan dan kurang terawat baik, padahal lokasinya berada di tempat yang sangat strategis. 

Jika bangunan ini direvitalisasi setidaknya dapat mengingatkan kejayaan pos di masa lalu sebelum tergilas oleh media pengiriman lainnya, bahkan dapat menjadi obyek wisata sejarah sehingga menarik untuk didatangi wisatawan.

Bangunan peninggalan kolonial Inggris ini cukup megah di masanya, seharusnya kita dapat melestarikan dan merawat peninggalan  bersejarah ini sebagai bukti bahwa korespondensi melalui surat telah ada sejak beberapa abad yang lalu.

Andaikan bangunan tua ini bisa berbicara, mungkin dia akan ikut berdemonstrasi menuntut untuk dirawat seperti halnya pegawai Pos Indonesia menuntut perhatian dari pejabat yang berwenang.

Sekilas catatan mengenai kantor pos tua yang mulai dilupakan.

Salam malam. Salam 00:00.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun