Liburan akhir tahun merupakan waktu yang dinanti dan dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk berwisata. Kesempatan ini juga kupergunakan untuk menikmati alam nusantara yang penuh pesona, salah satunya berpiknik ke kawasan pantai Tanjung Lesung yang menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan.
Pantai merupakan arena berlibur yang menarik untuk berenang, snorkling, diving, berkeliling dengan perahu, bermain jetski, sekedar menikmati gelombang ombak, menanti matahari terbenam maupun menjelajah alam.
Sampai menjelang pukul 18.00 aku masih berada di tepian pantai Tanjung Lesung. Desiran angin dan gelombang ombak tidak menunjukkan anomali gejala alam. Hanya saja di kejauhan terlihat gunung anak krakatau "batuk-batuk" dan mengeluarkan kepulan asap tipis, dari jarak dekat bahkan terdengar dentuman kecil.
Saat berjalan menyusuri pantai Tanjung Lesung terlihat tenda-tenda yang dipergunakan wisatawan untuk bermalam. Posisi tenda tidak terlalu jauh berada di bibir pantai. Aku hanya terbayang bagaimana jadinya jika camping di tepi pantai berada dalam cuaca gelap tanpa lampu dan arealnya tergenang air akibat gelombang pasang.
Bahkan saat menikmati lobster dan kepiting tetiba gusi dan bibirku bengkak saat menikmati hidangan laut tersebut. Menjelang pukul 21.00 kutinggalkan Tanjung Lesung yang mempesona.
Malam sekitar pukul 21.40 masyarakat dikejutkan dengan gelombang pasang yang memicu kepanikan. Tidak ada hujan dan angin, air laut disertai gelombang tinggi  membuat masyarakat panik dan berhamburan. Ternyata ada sunami kecil!Â
Informasi penyebabnya yaitu longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama. Saat ini BMKG dan Badan Geologi masih memastikan penyebabnya.
Wisatawan yang hilang dan meninggal umumnya akibat terseret gelombang dan derasnya air laut.