Menyusuri Sungai Dayak Besar (Kahayan) di Palangka Raya
(sungai kahayan dok.pri)
Minggu lalu saya mendapat ajakan dari seorang sahabat untuk berkunjung ke Palangka Raya. Tanpa pikir-pikir saya langsung mengiyakan ajakannya. Salah satu tujuan sayayaitu ingin menyusuri sungai Dayak Besar atau sungai Kahayan, sungai terpanjang di Provinsi Kalimantan Tengah. Sungai Kahayan atau biasa disebut sungai Dayak Besarmerupakan sungai yang membelah kota Palangka Raya. Sungai yang memiliki panjang 250 km, lebar 500 m dengan kedalaman mencapai 7 m ini muaranya berakhir di Laut Jawa.
Membawa persiapan secukupnya saya langsung menuju bandara Sukarno-Hatta. Dengan menggunakan penerbangan Garuda berharap penerbangan dapat tepat waktu sampai ditujuan. Namun apa boleh buat, pesawat tertunda kurang lebih 5 jam. Selidik punya selidik ternyata kota Palangka Raya sedang terkena kabut asap cukup tebal. Kondisi seperti ini hampir terjadi setiap tahun saat musim kemarau tiba. Semua penerbangan menuju dan dari Palangka Raya tidak dapat mendarat maupun terbang di bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Cuaca seperti ini, sangat mengganggu keselamatan penerbangan sehingga pesawat mengalami keterlambatan yang waktunya tidak dapat ditentukan, karena ada batas minimal jarak pandang yang aman bagi penerbangan.
Penerbangan yang semula dijadwalkan siang hari dari Jakarta, ternyata pesawat baru dapat diberangkatkan malam hari. Sesampai di Palangka Raya saya tinggal tidur saja karena letih seharian menunggu di bandara…walaupun disiapkan makan ‘gratis’ menunggu pesawat delay di lounge oleh Garuda.
Pagi hari ketika ingin memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan ternyata terhambat oleh kabut asap akibat kebakaran lahan hutan. Sepanjang pagi hingga siang hari, kota Palangka Raya terhalang kabut asap. Penyebabnya pembakaran lahan gambut, sehingga jarak pandang yang terlihat di jalan raya hanya beberapa meter.
Informasi dari posko penanggulangan kebakaran lahan Provinsi Kalimantan Tengah, perOktober 2014 terdapat jumlah hotspot sebanyak196 titik. Pekatnya asap belumhilangkarena rendahnya angin dan belum turunnya hujan di kawasan asap. Akibat kondisi ini kualitas udara berada pada level berbahaya yang dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan. Bukan hanya manusia yang terganggu, orang utan Kalimantan pun terserang ISPA.Kerugian yang dialami kesehatan yaitu seperti iritasi mata, hidung dan tenggorokan, bahkan bagi yang daya tahan tubuh rendah rentan terhadap gangguan kesehatan yang dapat memperburuk penyakit asma dan paru.
Sambil menunggu di hotel, saya membaca cara mengatasi kabut asap. Ternyata ada beberapa tips untuk mengatasi kabut asap. Beberapa saran ahli kesehatan yaitu menghindari aktivitas di luar ruang, jika harus berada diluar ruang ‘wajib’ menggunakan masker. Upayakan agar asap tidak masuk ke dalam rumah atau ruang tertutup dan penampungan air minum / makanan harus tertutup dengan baik.
Organisasi internasional sebenarnya melakukan upaya Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation (REDD+) yaitu dengan memberikan insentif kepada negara berkembang yang mampu mengurangiemisi gas rumah kaca yang berasal darideforestasi dan degradasihutan. Skema yang dikembangkan yaitu agar negara yang memiliki hutan tidak sembarangan menebangi hutan yang dimilikinya. Namun entah mengapa masih banyak terjadi pembakaran hutan di Indonesia.
Kembali ke tujuan semula. Setelah cuaca agak membaik, siang hari akhirnya saya dapat menuju dermaga kapal untuk melakukan kegiatan menyusuri sungai Kahayan dengan menggunakan KM LasangTeras Garu.Kecepatan kapal kira-kira 30 knot memerlukan waktu tempuh 2 jam untuk perjalanan pergi pulang dari dermaga.
Pemandangan yang terlihat disepanjang sungai yaitu rumah apung tradisional (rumah lanting), tambak ikan, kios apung danwisata kuliner makanan khas dayak yang menghadap ke sungai serta warawirinya kapal ‘klotok’. Dari atas sungai terlihat jelas masih banyak terdapat hutan kota (hutan tropis) dan jembatan Kahayan yang menjadi salah satu ikon kota Palangkaraya. Untuk melayani pengisian bahan bakar angkutan sungai, pertamina juga membuat SPBU ditepi sungai.
Untuk menikmati susur sungai Dayak Besar (Kahayan) ini disarankan waktunya pagi atau sore hari, karena pada jam ini dapat menyaksikan warga melakukan aktifitas ditepi sungai seperti memancing, membawa hasil tani maupun berenang alias mandi.
Adanya sungai Kahayan ini,Pemerintah daerah atau dinas pariwisata harus mendukung wisata susur sungai sebagai potensi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Setidaknya pemda harus menyiapkan fasilitas dan dermaga tempat transit yang baik untuk menarik wisatawanagar dapat menikmati pesona sungai Kahayan yang tersohor ini. Jika kita memandang sungai Kahayan dari atas pesawat akan tampak seperti air yang meliuk-liuk membelah kota Palangka Raya.
Setiap tempat dan negara punya sensasi dan karakteristik tersendiri atas obyek wisatanya. Anda berminat wisata menyusuri sungai Kahayan dan wisata asap (?). Silahkan berkunjung ke Palangka Raya jika ingin mencoba!!
Met Weekend.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H