Mohon tunggu...
Indi Diana Fakhriya
Indi Diana Fakhriya Mohon Tunggu... Lainnya - Halo, saya mahasiswa!
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lets do it!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Amigdala, Pengontrol Emosional Manusia

7 Maret 2021   22:32 Diperbarui: 8 Maret 2021   07:31 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia pasti pernah merasakan emosi dalam dirinya. Begitu juga Anda, pernahkah Anda ketika sumpek, suntuk, atau sedang badmood melakukan sesuatu yang rasanya diluar kendali Anda? Bereaksi secara berlebih seperti marah-marah, membentak, atau bahkan sampai melontarkan kata kasar dan Anda tidak dapat mengontrol diri Anda sendiri. Nah jika Anda pernah merasakannya, pada saat itu terjadi pembajakan Amigdala di dalam kepala Anda. Mungkin Anda tidak jarang mendengar kata 'Amigdala' di mana pun itu. Meskipun sering mendengar, tetapi mungkin Anda beum mengenal fungsi dan peran dari Amigdala pada manusia. Untuk itu mari mengenal Amigdala lebih jauh. 

Amigdala terletak jauh di dalam lobus temporal kiri dan kanan otak yang membantu memberikan tanggapan terhadap hal-hal di lingkungan sekitar yang memberikan respon emosional.

Amigdala Manusia

Pengontrol emosi dan tingkah laku manusia terletak di dalam otak. Pengontrol ini disebut dengan sistem limbik. Fungsi dari sistem limbik sendiri ialah mengatur emosi seperti marah, sedih, bahagia, hingga dorongan seksual. Dalam sistem limbik terbagi menjadi beberapa bagian. Salah satunya adalah amigdala. 

Dilansir dari  senisehat.com Amigdala merupakan kumpulan soma neuron yang terletak di bawah korteks ujung depan lobus temopralis, didepan dan sebagian diujung kornu inferior ventrikal lateral.  Amigdala memiliki bentuk seperti kacang almond, sehingga tak jarang jika mendengar sebutan Amigdala adalah kacang almond. Peran dari Amigdala untuk peningkatan emosi, mengkoordinasi nilai emosional terhadap rangsangan, pembelajaran emosi, juga mengatur respon terhadap lingkungan. Cara kerja Amigdala adalah dengan mengirim sinyal kepada hipotalamus, yang kemudian menimbulkan respon di dalam otak. Contoh ketika kita marah pada seseorang. Kita bisa saja memukul orang tersebut, tetapi Amigdala akan membantu kita mengontrol rasa marah sehingga kita tidak melakukannya. Pentingnya Amigdala juga untuk membedakan perilaku baik-buruk. Ketika seseorang mengalami kerusakan di bagian tersebut, mereka akan kesulitan mengontrol emosi dalam diri mereka. 

Selain sebagai pengontrol emosi, Amigdala juga berfungsi sebagai gudang ingatan emosional. Amigdala dapat membedakan kejadian di masa lalu dengan kejadian yang sekarang atau saat ini. Contohnya ketika Anda mendatangi suatu tempat kemudian teringat bahwa Anda juga pernah mendatangi tempat tersebut dengan orang spesial entah siapapun itu. 

Joseph LeDoux, merupakan seorang ahli saraf di New York University yang pertama kali menemukan peran Amigadala sebagai kunci emosional otak. Ia mengungkapkan bahwa saat indra manusia menerima rangsangan, maka informasi dalam rangsangan tersebut akan dibagi dua oleh talamus (bagian otak yang menerima informasi). Informasi yang terperinci akan diteruskan ke Neokorteks, sedangkan informasi mentah yang penuh dengan emosi di kirim ke Amigdala. Neokorteks membutuhkan waktu lebih lama dalam memproses informasi dibandingkan Amigdala. Sehingga Amigdala lebih dulu selesai memproses informasi mentah yang diterima. Itulah mengapa terkadang manusia memberikan reaksi berlebihan tanpa benar-benar memahami mengapa ia melakukannya. Hal tersebut dinamakan pembajakan Amigdala. 

Pembajakan Amigdala dapat memberikan manfaat kepada manusia, seperti respon yang cepat ketika ia tahu dalam bahaya. Namun di sisi lain juga dapat memberikan rasa penyesalan terhadap reaksi yang diberikan. Tidak jarang setelah terjadi pembajakan Amigdala, manusia akan menyesal dengan respon tindakan yang mungkin tidak pantas. Ia akan malu telah melakukan hal tersebut. Tapi tidak perlu khawatir, Amigdala dapat ditenangkan agar tidak memberikan respon yang berlebihan. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah sadar. Sadar bahwa Anda sedang dikuasai oleh rasa marah dari Amigdala Anda. Maka saat itu cepatlah mengaktifkan pikiran rasional Anda sebelum melakukan respon yang negatif. Hal ini memang tidak semudah yang dipikirkan. Karena hal ini juga membutuhkan latihan dan ketekunan. 

Setelah mengenal Amigdala lebih jauh, apakah Anda sudah tahu penyebab ketika Anda marah tanpa paham apa yang Anda rasakan? Jika sudah, maka Anda juga perlu mengatur hal yang perlu Anda lakukan saat itu terjadi di kemudian hari. Ya! Agar tidak ada rasa penyesalan setelah memberikan respon dari Amigdala.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun