Mohon tunggu...
Indhy Rahmawati
Indhy Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori psikososial Erik Erikson

18 Januari 2025   13:48 Diperbarui: 18 Januari 2025   13:48 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Psikososial Erik Erikson: Perjalanan Menuju Identitas dan Keutuhan

Erik Erikson, seorang psikolog terkenal, mengembangkan teori psikososial yang menggambarkan perkembangan kepribadian manusia sepanjang rentang hidup. Berbeda dengan teori Sigmund Freud yang berfokus pada masa kanak-kanak, Erikson menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam membentuk kepribadian. Teorinya mengusung konsep "krisis psikososial" yang dihadapi individu pada setiap tahap perkembangan, di mana mereka harus menemukan keseimbangan antara dua kutub yang berlawanan.

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial:

Erikson membagi perkembangan manusia menjadi delapan tahap, masing-masing dengan krisis psikososial yang unik:

Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun): Tahap ini berfokus pada kebutuhan dasar bayi, seperti makan, tidur, dan kasih sayang. Jika kebutuhan ini terpenuhi, bayi akan mengembangkan rasa percaya pada dunia dan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika kebutuhannya tidak terpenuhi, bayi akan mengembangkan rasa ketidakpercayaan.

Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (1-3 tahun): Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian. Mereka belajar berjalan, berbicara, dan melakukan hal-hal sendiri. Jika orang tua mendukung kemandirian anak, mereka akan mengembangkan rasa percaya diri. Namun, jika orang tua terlalu protektif atau mengkritik, anak akan merasa malu dan ragu-ragu.

Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-5 tahun): Anak-anak pada tahap ini mulai menunjukkan rasa ingin tahu dan inisiatif. Mereka ingin mencoba hal-hal baru dan belajar tentang dunia. Jika orang tua mendukung rasa ingin tahu anak, mereka akan mengembangkan rasa inisiatif. Namun, jika orang tua terlalu ketat atau mengkritik, anak akan merasa bersalah.

Ketekunan vs. Inferioritas (5-12 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai belajar keterampilan baru di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka ingin merasa kompeten dan berhasil. Jika anak-anak berhasil dalam belajar dan berinteraksi dengan orang lain, mereka akan mengembangkan rasa ketekunan. Namun, jika mereka gagal atau merasa tidak kompeten, mereka akan mengembangkan rasa inferioritas.

Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun): Tahap ini merupakan masa remaja, di mana individu mencari jati diri dan peran mereka dalam masyarakat. Mereka mencoba berbagai peran dan nilai untuk menemukan identitas mereka sendiri. Jika mereka berhasil menemukan identitas yang kuat, mereka akan merasa percaya diri dan terarah. Namun, jika mereka gagal menemukan identitas, mereka akan merasa bingung dan tidak pasti.

Keintiman vs. Isolasi (18-25 tahun): Pada tahap ini, individu mencari hubungan yang intim dan berkomitmen dengan orang lain. Mereka ingin menemukan pasangan hidup dan membangun keluarga. Jika mereka berhasil membangun hubungan yang intim, mereka akan merasa dicintai dan terhubung. Namun, jika mereka gagal membangun hubungan yang intim, mereka akan merasa terisolasi dan kesepian.

Generativitas vs. Stagnasi (25-65 tahun): Tahap ini merupakan masa dewasa, di mana individu ingin berkontribusi pada masyarakat dan meninggalkan warisan bagi generasi mendatang. Mereka ingin merasa berguna dan bermakna. Jika mereka berhasil berkontribusi pada masyarakat, mereka akan merasa puas dan terpenuhi. Namun, jika mereka merasa tidak berguna atau stagnan, mereka akan merasa tidak bahagia dan kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun