Mohon tunggu...
Indriyatul Munawaroh
Indriyatul Munawaroh Mohon Tunggu... Lainnya - Learners

Learners

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Politik Tidak Penting?

4 Februari 2019   06:10 Diperbarui: 4 Februari 2019   06:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata politik mungkin mayoritas masyarakat akan langsung berpikir dan mengaitkannya dengan upaya meraih kekuasaan, sehingga menganggap politik itu kotor,buruk bahkan  penuh dengan intrik jahat. 

Hal ini wajar jika masyarakat selalu menyaksikan bentuk perpolitikan praktis yang tujuannya hanya meraih kekuasaan tanpa mereka mengenal makna politik yang sesungguhnya.

Politik atau 'siyasah' dalam bahasa Arab artinya mengatur, memelihara, dan mengurusi. Sedangkan secara etimologi, 'siyasah' mengandung arti kekuasaan dan negara. 

Maka makna politik yang sesungguhnya adalah upaya untuk mengatur dan mengurusi semua urusan umat yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan terlebih lagi untuk mengetahui apa yang diberlakukan penguasa terhadap rakyat, serta menjadi pencegah adanya kedzaliman penguasa.

Tak jarang juga mendengar ungkapan jangan bawa-bawa agama dalam politik. Maka pernyataan ini justru salah kaprah. Pasalnya sebagai seorang muslim tidak ada kata apatis terhadap urusan muslim lain. Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik karena Islam adalah agama yang syumul yang mengatur semua aspek kehidupan. 

Bukan hanya ritual ibadah tetapi juga masalah ekonomi, pendidikan, hukum dan  sosial. Selain itu Rasulullah SAW pernah bersabda _"Barangsiapa di pagi hari tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum muslimin)"_. 

Hadist tersebut menunjukkan kewajiban untuk selalu memperhatikan kepentingan kaum muslim. Maka dari itu makna politik sesungguhnya adalah mengurusi semua urusan umat dan tidak terbatas pada pemerintahan saja.

Penyair dan dramawan Jerman, Bertolt Brecht, pernah mengatakan buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. 

Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga-harga komoditas, obat, tepung, dan makanan semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. 

Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacuran, anak terlantar, politisi busuk, serta rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.

Dari ungkapannya tersebut sangat jelas menggambarkan bagaimana pentingnya untuk berpolitik. Akan tetapi politik yang dimaksud bukanlah politik machiaveli untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara apapun melainkan berpolitik seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. 

Dengan demikian ketika pandangan kita terhadap politik masih miring, masih alergi pada politik, acuh pada permasalahan yang terjadi bahkan tidak peduli bagaimana berjalannya sistem yang ada, maka bersiaplah untuk hidup sengsara tanpa menyadari akar masalahnya.

_Indriyatul Munawaroh_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun