Mohon tunggu...
Indah Purnama
Indah Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang bersemangat tentang pemasaran dan memiliki cinta mendalam pada petualangan dan eksplorasi

Selanjutnya

Tutup

Film

Keberanian dan Kontroversi! Analisis Etis atas Tindakan Oskar Schindler dalam Film "Schindler's List"

27 Maret 2024   21:23 Diperbarui: 27 Maret 2024   21:31 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cultura.id/schindlers-list-review

 Film "Schindler's List" karya Steven Spielberg menjadi salah satu karya sinematik yang paling mengharukan dan berkesan dalam sejarah perfilman. Dengan latar belakang Holocaust, film ini mengisahkan kisah nyata Oskar Schindler, seorang pengusaha Jerman yang berjuang untuk menyelamatkan lebih dari 1.000 orang Yahudi dari kekejaman Nazi. Namun, di balik perjuangan heroiknya, terdapat pertanyaan etis yang kompleks mengenai tindakan Oskar, terutama dalam hal berbohong dan menyogok Nazi untuk mempekerjakan orang Yahudi di pabriknya. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi dan menganalisis tindakan Oskar Schindler dari berbagai sudut pandang etika, serta mempertimbangkan apakah etika deontologis cocok untuk menilai tindakannya.

Analisis Tindakan Oskar Schindler

Tindakan Oskar Schindler dalam "Schindler's List" memunculkan pertanyaan yang mendalam tentang moralitas, keberanian, dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Awalnya terlibat dalam bisnis yang menguntungkan selama Perang Dunia II dengan menggunakan tenaga kerja Yahudi, Oskar awalnya mungkin terlihat sebagai contoh dari keuntungan yang diperoleh dari situasi yang mengerikan. Namun, terpapar dengan kekejaman Nazi terhadap orang Yahudi, dia mengalami transformasi moral yang luar biasa. Oskar bergerak dari hanya memikirkan kepentingan pribadi menuju penolakan terhadap ketidakadilan yang sistematis.

Langkah-langkah yang diambil oleh Oskar, seperti menggunakan pabriknya sebagai tempat perlindungan bagi orang Yahudi dan memberi sogokan kepada pejabat Nazi, menyoroti kompleksitas moral dalam menghadapi kekejaman ekstrem. Meskipun tindakannya melibatkan pelanggaran terhadap nilai-nilai seperti kejujuran dan ketaatan pada hukum, dia tetap bertindak demi menyelamatkan nyawa orang lain. Dalam konteks Holocaust, di mana nyawa ribuan orang terancam, tindakan Oskar dapat dilihat sebagai respons yang terukur terhadap situasi ekstrem tersebut. Ada beberapa analisis tindakan terkait film "Schindler's List" ini, sebagai berikut:

  • Penilaian Etis Terhadap Tindakan Oskar

Menilai perbuatan Oskar Schindler dalam "Schindler's List" secara etis memunculkan pertimbangan yang rumit dan memerlukan pemahaman yang mendalam tentang konteks sejarah, nilai-nilai moral, dan perdebatan etis yang beragam. Oskar, seorang Katolik, menggunakan strategi yang tidak jujur dan menyuap Nazi untuk menyelamatkan ratusan nyawa Yahudi dengan mempekerjakannya di pabriknya selama Holocaust. Meskipun tindakannya bertentangan dengan prinsip-prinsip moral seperti kejujuran, penyuapan, dan ketaatan terhadap hukum, beberapa pandangan etis dapat membenarkan tindakannya. Pendekatan konsekuensialis mungkin mendukung tindakan Oskar, karena mengutamakan akibat baik yang dihasilkan, yaitu penyelamatan nyawa yang banyak. Namun, pendekatan deontologis, seperti Kantianisme, mungkin menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip moral absolut, terlepas dari akibatnya yang baik. Selain itu, dalam konteks situasional dan moralitas yang kompleks dari Holocaust, beberapa orang mungkin melihat tindakan Oskar sebagai kebutuhan darurat yang membenarkan pelanggaran etika dalam situasi ekstrem tersebut. Kesimpulannya, penilaian etis terhadap tindakan Oskar Schindler melibatkan pertimbangan yang cermat tentang prinsip-prinsip moral yang terlibat, serta konteks unik dari keadaan sejarah yang mempengaruhinya.

  • Etika Normatif yang Membenarkan Tindakan Oskar

Dalam mengevaluasi tindakan Oskar Schindler dalam "Schindler's List", beberapa pendekatan etika normatif mungkin bisa membantu memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Salah satunya adalah pendekatan konsekuensialis, yang menilai kebaikan atau keburukan sebuah tindakan berdasarkan akibat atau konsekuensi yang dihasilkan. Dalam konteks ini, beberapa orang mungkin mendukung tindakan Oskar karena akibat positifnya dalam menyelamatkan nyawa ratusan orang Yahudi dari kekejaman Nazi. Dari perspektif utilitarianisme, yang menekankan pada mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan terbesar bagi sebanyak mungkin orang, tindakan Oskar dapat dianggap etis karena menghasilkan akibat yang positif secara keseluruhan.

Namun, perspektif deontologis atau berbasis aturan juga dapat memberikan sudut pandang yang berbeda. Misalnya, menurut teori moral Kantianisme, tindakan Oskar untuk menggunakan kebohongan dan sogokan mungkin tidak dapat dibenarkan karena melanggar prinsip moral absolut, seperti prinsip kejujuran dan prinsip ketaatan terhadap hukum. Dalam kerangka kerja ini, tindakan-tindakan yang melanggar aturan moral tidak dapat dibenarkan bahkan jika akibatnya baik.

Selain itu, pendekatan etika khas seperti etika religius mungkin juga memberikan pandangan yang relevan. Dalam kasus ini, Oskar Schindler adalah seorang Katolik, dan pembenarannya atas tindakannya mungkin bisa dipahami dalam konteks kepercayaan agamanya yang mendorong kasih sayang, belas kasih, dan pertolongan terhadap sesama manusia. Dengan demikian, penilaian atas tindakan Oskar Schindler dalam film ini menjadi kompleks dan sangat tergantung pada perspektif etis yang diterapkan oleh individu.

  • Kesesuaian Etika Deontologis untuk Menilai Tindakan Oskar

Etika deontologis deontologis atau non-konsekuensialis dapat digunakan untuk menilai tindakan Oskar Schindler dalam konteks menyogok untuk menyelamatkan nyawa orang Yahudi. Etika deontologis, seperti Kantianisme, menekankan pentingnya tindakan yang sesuai dengan prinsip moral atau aturan, terlepas dari konsekuensi yang dihasilkan.

Dalam konteks ini, seseorang yang menggunakan pendekatan deontologis dapat menilai tindakan Oskar dengan mempertimbangkan apakah tindakan itu sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang mutlak, seperti kejujuran atau ketaatan terhadap hukum, yang menjadi bagian dari kerangka kerja moralitas. Dalam hal ini, penggunaan sogokan dan kebohongan mungkin akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip moral tersebut.

Namun, sebagian penganut etika deontologis mungkin juga mempertimbangkan aspek kontekstual dan situasional dari tindakan tersebut. Mereka mungkin mempertimbangkan apakah tindakan Oskar, meskipun melibatkan pelanggaran prinsip moral tertentu, dapat dijustifikasi atau dibenarkan dalam situasi darurat seperti Holocaust, di mana nyawa ribuan orang terancam. Beberapa mungkin berpendapat bahwa dalam situasi seperti itu, prinsip moral harus diterapkan dengan fleksibilitas untuk memungkinkan tindakan yang mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dalam situasi normal.

Dengan demikian, sementara etika deontologis mungkin menilai tindakan Oskar Schindler sebagai melanggar prinsip-prinsip moral tertentu, konteks situasional dan urgensi dari situasi Holocaust dapat memunculkan pertimbangan tambahan tentang apakah tindakan itu seharusnya diperlakukan sebagai pengecualian atau bukan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, "Schindler's List" menghadirkan sebuah narasi yang memperlihatkan perjuangan heroik Oskar Schindler dalam menyelamatkan nyawa orang Yahudi dari kekejaman Nazi selama Holocaust. Namun, di balik kebaikan dan keberanian tindakannya, terdapat pertanyaan etis yang kompleks terkait dengan cara-cara yang digunakan oleh Oskar untuk mencapai tujuannya, terutama dalam hal berbohong dan menyogok Nazi. Analisis dari berbagai sudut pandang etika, seperti konsekuensialisme, deontologis, dan religius, memberikan wawasan yang mendalam tentang kompleksitas tindakan Oskar.

Meskipun tindakan Oskar mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip moral tertentu, seperti kejujuran atau ketaatan terhadap hukum, beberapa pandangan etis dapat membenarkan tindakannya berdasarkan hasil akhir yang baik, yaitu menyelamatkan nyawa ratusan orang Yahudi. Namun, pendekatan deontologis menyoroti pelanggaran terhadap prinsip-prinsip moral absolut, meskipun konteks situasional yang unik seperti Holocaust dapat menimbulkan pertimbangan tambahan.

Dalam konteks ini, kesimpulan kritisnya adalah bahwa "Schindler's List" menyajikan sebuah narasi yang merangsang refleksi mendalam tentang moralitas, keberanian, dan kompleksitas situasi ekstrem seperti Holocaust. Meskipun tindakan Oskar Schindler mungkin dipandang kontroversial dari sudut pandang etis, film ini membangkitkan kesadaran akan kekuatan individu untuk melakukan perubahan positif di tengah-tengah kegelapan dan kejahatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun