Banyak yang menyarankan aku untuk mengambil IPA karena nilai biologiku selama disekolah dulu nyaris sempurna. Tapi aku merasakan jenuh untuk menjadi anak IPA karena banyaknya mitos bahwa anak IPA itu banyak tugas dan cenderung kutu buku. Sedangkan aku adalah anak yang hiperaktif dan juga suka bolos jam pelajaran.Â
Saat berkonsultasi dengan ayah yang merupakan mantan anak IPA ternyata berbeda 90 derajat dari mitos yang beredar di dunia maya. Sedangkan saat berkonsultasi dengan ibu, mantan siswi IPS ini ternyata sama.Â
Ibu suka bolos jam pelajaran untuk pergi makan ke kantin dan membawa buku sekolah seadanya. Walaupun tingkah laku ibu dulu seperti itu, dia merupakan juara umum secara berturut-turut loh. Kedua orang tuaku membebaskanku untuk memilih jurusan apa saja namun jika sudah memilih salah satunya pastikan untuk bertanggungjawab dengan pilihan itu.
Satu minggu kemudian pengumuman kelulusan siswa baru di SMA Negeri 1 Bukittinggi diumumkan di mading sekolahan tersebut. Aku memilih datang ke sekolah itu pada pukul 09.00 wib, ternyata pada jam itu segerombolan orang memenuhi mading. Di tengah-tengah gerombolan itu aku dengan tubuh mungil ini berusaha untuk masuk dan mendekati mading.Â
Aku memilih melihat daftar nama yang tidak lulus terlebih dahulu, setelah melihatnya aku tidak menemukan daftar namaku. Saat melihat nama di daftar siswa yang lulus, namuku berada diurutan 21. Setelah lulus pada ujian tahap kedua ini aku masih akan menyiapkan untuk tes wawancara. Setidaknya tahapan yang sulit dalam tes ini telah aku lalui.
Cerita masih berlanjut ya, tungguin next chapternya setiap malam sabtu gaes...
Mau Nambahin Ceritanya, Saran, Bahkan Kritik
Langsung DM Instagram ya,
Instagram : Ie_Indh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H