PDIP yang lucu kemana engkau terbang, tidakkah sayapmu merasa lelah…!
Sebait lirik lagu anak-anak diatas mungkin bisa dianalogikan dengan situasi keadaan poitik yang dialami oleh PDIP dengan Megawati nya.
PDIP dengan Megawatinya saat ini benar-benar sedang mengalami kegamangan dalam menentukan arah keputusan politknya, sampai-sampai harus memunculkan wacana ingin mengumumkan kabinet bayangan. Tentunya menjadi tanda Tanya karena tiba-tiba kok ada kabinet bayangan sedangkan untuk memunculkan nama calon presidennya saja belum berani, jadi terkesan melakukan lompatan (skip) yang jauh seolah sudah ada kesepakatan diinternal mereka. Benarkah demikian ?
Ditengah kegamangan Ketua Umum nya mengambil keputusan pasti dalam menentukan siapa sesungguhnya Capres yang ingin dijagokan, tiba-tiba muncul wacana akan memunculkan kabinet bayangan, sejumlah nama sudah disebutkan dengan posisinya masing-masing. Ada yang merespon positif dan bangga terhadap rencana PDIP tersebut dan ada juga mencibir dengan munculnya keinginan itu. Dan berbagai pendapat pro dan kontra pun banyak bermunculan seiring munculnya keputusan ingin mengumumkan kabinet bayangan dari PDIP.
Baru saja berita kabinet bayangan muncul beberapa hari di media, tak lama kemudian sudah ada bantahan dari kubu PDIP sendiri. Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, pihaknya tidak pernah merumuskan atau membahas nama-nama untuk dimasukkan dalam kabinet jika partai moncong putih itu menang dalam pemilu, begitu juga Sekretaris Jenderal PDIP, Tjahjo Kumolo mengatakan, sekarang bukan moment yang tepat untuk membentuk kabinet bayangan. "Sekarang, yang sudah ada itu program semesta jangka pendek, menengah dan panjang. Calon presiden (capres) saja belum, kok bicara nama menteri," kata dia di Jakarta, Selasa (4/3/2014).
http://pemilu.okezone.com/read/2014/03/04/568/949753/pdip-bantah-bentuk-kabinet-bayangan
Hilang soal berita kabinet bayangan , eeh ! muncul lagi soal berita adanya restu Megawati mengusung Jokowi yang katanya informasi didapat dari internal orang dalam, maka dengan semangat para pendukung ProJo pun menyebar berita tersebut. Tapi lagi-lagi hanya kabar /berita burung yang tidak jelas , karena justru bantahan resmi datang dari orang dekat Megawati sendiri, yaitu Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo "Pemberitaan yang berkembang hari ini, yang menyatakan bahwa Ibu Mega telah menetapkan Jokowi capres sama sekali tak benar," kata Tjahjo Kumolo di Jakarta, Selasa (4/3). Lebih lanjut beritanya bisa lihat disini : http://wartakota.tribunnews.com/2014/03/05/tjaho-kumolo-bantah-megawati-restui-jokowi-nyapres
Sebenarnya dari mana sumber berita tentang adanya kabinet bayangan dan juga restu Megawati itu beredar , tidak pernah secara resmi disebutkan, tapi kemunculannya sudah ramai dibicarakan di media. Nampak para pendukung Jokowi (ProJo) sudah benar-benar ngebet ingin segera mendapat tiket Cares dari PDIP. Sering munculnya berita-berita mengenai Jokowi yang mengatasnamakan PDIP justru terbantahkan oleh Ring satu dari kubu PDIP sendiri. Ring satu PDIP adalah orang dekat Megawati , semisal Tjahyo Kumolo, Hasto Kristianto, TB. Hasanudi, Pramono Anung dan Puan Maharani tentunya.
Para pengamat menganggap ini adalah suatu bentuk anomali dari keputusan politik. Direktur Eksekutif Poll Track Institute Hanta Yudha, mengomentari tentang pengumuman kabinet bayangan sebenarnya sah-sah saja dalam sebuah komunikasi politik. Namun secara logika, pengumuman kabinet bayangan bisa dibilang melompat terlalu cepat.
Ia menjelaskan secara logika, seharusnya PDIP menjabarkan terlebih dahulu bagaimana pemerintahan di eksekutif jika partainya berkuasa. Setelah itu, memaparkan konsep besarnya selama lima tahun kepemimpinan.
"Setelah itu munculkan nama capres-cawapresnya. Nama itu memenuhi tidak karakternya untuk visi misi dalam konsep besar?" ucapnya.
"Setelah itu, baru membuat struktur kabinet, kemudian baru nama-nama Menterinya," demikian menurut Hanta Yudha.
Pernyataan Hanta Yudha ini selaras dengan yang dikatakan oleh Sekjen PDIP Thahyo Kumolo , sekarang bukan moment yang tepat untuk membentuk kabinet bayangan. "Sekarang, yang sudah ada itu program semesta jangka pendek, menengah dan panjang”. Dengan kata lain PDIP seharusnya lebih dahulu memunculkan konsep besarnya dalam mengelola negara bila nantinya dipercaya menjadi eksekutif di pemerintahan ; kemudian mencari dan menentukan figure calon yang sekiranya bisa dipercaya uuntuk melaksanakan agenda konsep besar perjuangan tersebut.
Namun yang terjadi di PDIP saat ini adalah tekanan terhadapa kubu Megawati untuk segera merestui Jokowi diangkat sebagi Capres dari PDIP. Tekanan dan dorongan ini bukan hanya datang dari para Relawan Jokowi yang tergabung dalam ProJo, BaRa JP, atau JASMED dan sejenisnya, tapi ada juga dari dalam internal PDIP sendiri yang yang dulu merupakan bagian fusi sayap PDIP. Golongan ini diwakili oleh Sabam Sirait Cs.
Dikabarkan bahwa Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait akan menemui Megawati Soekarno Putri. Sabam akan meminta kejelasan Mega apakah akan menjadikan Jokowi Capres atau tidak. http://www.merdeka.com/politik/tanya-pencapresan-jokowi-politisi-senior-pdip-bakal-temui-mega.html
Nampaknya Sabam sudah tidak sabar menunggu Mega tidak segera menentukan sikap hingga jelang pilihan legislatif (pileg) ini.
"Saya nanti kalau ketemu Mega mau tanya, gimana keputusanmu. Kan kamu sudah diberi wewenang untuk tentukan capres melalui rakernas PDIP. Saya harap kau cepat saja karena ada anak-anak muda yang dorong Jokowi," ujarnya di Menteng, Jakarta, Sabtu (8/3).
Selain itu Sabam juga akan mendesak Mega segera tentukan sikapnya sebelum Pileg pada 9 April mendatang. Sabam mengakui, sebenarnya 2 bulan lalu sudah berbicara dengan Mega terkait hal ini.
Saat itu, Mega beralasan, bahwa biar ada waktu untuk mempromosikan sosok Jokowi. Lebih lanjut Sabam mengatakan "Saya usulkan sebelum Pileg. Dua bulan lalu sudah saya usulkan. Karena gunanya agar masih punya waktu promosikan Jokowi. Sekarang mungkin tak perlu dipromosikan karena sudah anda-anda promosikan," ujar Sabam.
Sebelumnya ada juga pernyataan dari Politikus senior PDIP Panda Nababan yang mengungkapkan, Megawati Soekarno Putri mengaku sudah terlalu tua untuk maju sebagai capres.
Dalam konteks ini, Panda menyimpulkan segala wacana yang berkaitan dengan pencapresan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu sebagai bentuk adu domba.
"Mega bilang saya sudah nenek-nenek," kata Panda menirukan ucapan Megawati.
Pernyataan itu disampaikan Panda kepada wartawan saat perayaan HUT ke-41 PDI Perjuangan, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1).
Sebenarnya dalam kontek pernyataan Panda Nababan diatas tidak ada secara eksplisit dinyatakan oleh Megawati bahwa Ia tidak berniat untuk maju mencalonkan Presiden karena sudah tua,
Demikian kuatnya dorongan dan desakan kepada Megawati agar segera memberi restu kepada Jokowi , tentunya ini akan menjadi dilema tersendiri bagi Megawati untuk mengambil keputusan. Terlihat sekali bahwa para relawan jokowi ini begitu tidak sabar menunggu keputusan Megawati untuk memberikan tiket capres kepada Jokowi. Berbagai wacana dan opini dikembangkan dimedia yang seolah-olah mengesankan bahwa Megawati telah merestui Jokowi sebagai Capres. Mungkin ini menjadi keputusan yang pelik dan paling sulit yang harus diambil oleh Megawati, apakah harus mengikuti dorongan dan tekanan yang ada atau mengikuti hati nurani nya sendiri.
Mungkin saja bagi PDIP tidak ada pilihan lain selain memunculkan figure Jokowi untuk bertarung pada PIlpres 2014 nanti. Namun yang menjadi pilihan mungkin dalam menentukan siapa yang menjadi calon RI-1 nya, apakah Megawati atau Jokowi, tinggal dibolak-balik melihat perkembangan situasi politik.
Kalaupun nantinya PDIP terpaksa harus memunculkan Jokowi sebagai Capres , Nampak Megawati tidak akan memberikan cek kosong begitu saja kepada Jokowi. Meski tidak diungkapkan dengan kata-kata namun bisa dibaca bahwa Megawatikemungkinan masih meragukan kesetiaan Jokowi terhadap kelanjutan dinasti ideologi trah Soekarno yang selama ini dipegang teguh, selain itu baik dan buruk pemerintahan yang akan berlangsung nantiakan berimbas terhadap partai pendukungnya. Artinya PDIP sebagai Institusi partai harus berani mempertaruhkan image partai nya dimasyarakat seiring dengan kinerja presiden yang diusungnya.
Dilema PDIP !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H