Memasuki kuburan massal Ulee Lheue Banda Aceh ada tenda besar yang didirikan untuk para penziarah yang datang dari mana saja.
Dipintu masuk kuburan massal Ulee Lheue ada juga tong air dan wastafel untuk cuci tangan.
Ada juga himbauan untuk menerapkan protokol kesehatan. Beberapa aparat terlihat berjaga digerbang utama.
Pada saat terjadinya gempa bumi dan tsunami, Minggu (26 Desember 2004) dari keluarga besar ayah dan ibu ada 30 orang yang meninggal.
Sebagian besar mayatnya hilang untuk selama-lamanya tersapu gelombang tsunami.
Akan tetapi kedua orang tua penulis tidak terkena tsunami, mereka berdua tengelam bersama kapal ferry KMP Gurita, Jumat (19 Januari 1996) di Balohan Sabang Aceh.
Didepan kuburan massal Ulee Lheue Banda Aceh, Gampong lambung Meuraksa, adik kandung ayah beserta keluarganya hilang akibat tsunami.
Di Gampong Blang Oi juga adik ayah beserta keluarga hilang tersapu gelombang tsunami.
Di Gampong Bitay banyak juga keluarga besar ibu yang terkena gelombang tsunami.
Pada tanggal 26 Desember 2020, banyak masyarakat yang datang ke kuburan massal Ulee Lheue, Mereka duduk sambil membaca Yasin dan berdoa.
Mereka berdoa masing-masing dan ada juga berdoa bersama keluarga atau berkelompok.