Zona tersebut yakni Zona Rumoh Makan Aceh, Aceh Food Market, Nusantara Food Market, The World Gourmet, Fusion Food dan Food Innovation.
Selain itu, ada berbagai kelas menarik seputar kuliner yang turut mengisi kegiatan Culinary Camp. Â Dari mulai 50 sesi demo masak, workshop, dan diskusi mengenai kuliner.
Kelas-kelas kuliner ini akan menambah pengetahuan pengunjung tentang kuliner Aceh. Mulai dari bahan baku, bumbu, hingga proses memasak serta cerita di balik hidangan istimewa tersebut.
Dinas pariwisata Aceh juga mendatangan para ahli kuliner berskala lokal, nasional, dan internasional. Mulai dari chef, researcher, food eriter, food vlogger, blogger, food photographer, gastronomist, food stylist, hingga mixologist.
Aneka tarian juga mewarnai acara Aceh Culinary Festival 2019 seperti tari guel, tari tarik pukat.
Sebanyak 23 kabupaten/kota di Aceh mengikuti lomba menciptakan menu-menu daerah yang bertajuk "Beragam Bergizi Seimbang Aman (B2SA)" serta lomba lomba masak serba ikan.
Kota Lhokseumawe berhak mewakili Aceh diajang kuliner tingkat nasional. Kabupaten Aceh Besar melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) bersama Tim Pengerak PKK berhasil meraih juara 1 kategori Rumah makan khas daerah.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, usaha kuliner mampu memberi kontribusi hingga 42 persen terhadap ekonomi kreatif di berbagai wilayah di Indonesia. Pertumbuhan bisnis kuliner berkembang sangat pesat, sehingga usaha ini menghadirkan daya tarik tersendiri dalam mengundang minat para wisatawan.
Bahkan tidak jarang kelezatan kuliner lokal menghadirkan inspirasi bagi kalangan dunia usaha untuk mengembangkan usaha ini di daerah lain.
Dimalam penutupan Aceh Culinary Festival 2019 tercatat perputaran uang sebesar Rp 5 Milyar.