Jakarta-Independent, Dahulu gampong Bitay merupakan gampong (kampung/desa) yang penduduknya merupakan keturunan Turki Utsmani.Â
Pada zaman Sultan Alauddin al-Qahhar dahulu diadakan hubungan resmi kepada kerajaan Turki Utsmani. Berhubung Turki sedang perang maka utusan Sultan Alauddin al-Qahhar tidak dapat bertemu sang Sultan Sulaiman yang Agung.
Pasca Sultan Sulaiman yang Agung meninggal dunia maka Sultan Salim II diangkat menjadi Sultan pada tanggal 7 September 1567. Sejak itulah hubungan resmi kerajaan Turki Utsmani dan kerajaan Aceh terjalin.
Sultan Salim II mengirim 25 kapal perang dan 2 kapal perbekalan serta 300 prajurit terdiri dari panglima, ulama, ahli perang dan ahli agama.Â
Di gampong Bitay terletak perkampungan Turki yang terkenal karena sebagai pusat sejarah hubungan Aceh dan Turki.
Bila kita perhatikan maka adanya makam/kuburan Sultan Salahuddin bin Sultan Ali Mughayat Syah yang dimakamkan/dikuburkan di area kompleks PUSPIATUR (Pusat Sejarah Peradaban Islam Aceh Turki) Bitay serta Teungku Di Bitay (Muthallib Ghazy bin Musthafa Ghazy).
Pasca terjadinya gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2014 maka ahli waris Teungku Di Bitay banyak yang meninggal dan keadaannya sangat kacau balau.
Dalam keadaan duka cita munculah "sang pengacau" yang bernama ABDUL AZIZ. Dia mengaku cucu dari Teungku Abu Juned Bitay. Padahal TIDAK ADA cucu Teungku Abu Juned Bitay yang bernama Abdul Aziz.
Abdul Aziz adalah orang biasa bukan Teungku. Abdul Aziz hanya seorang tukang sapu pasar Aceh. Kebetulan tempat tinggalnya dekat  komplek kuburan Sultan Salahuddin dan kuburan Teungku Di Bitay.
Hal ini juga dituliskan  dalam buku peneliti Turki Mehmet Ozay yang sudah Kami (Rachmad Yuliadi Nasir) bantah dan akhirnya sang penulis datang langsung dari Istanbul Turki untuk berdiskusi langsung di area PUSPIATUR (Pusat Sejarah Peradaban Islam Aceh Turki).
Menurut keluaga Ahli waris utama Teungku Di Bitay dari Cucu Teungku Abu Juned Bitay  maka Abdul Aziz adalah anak dari Ahmad atau Abdul Aziz bin Ahmad.Â