JAKARTA-Independent, Hampir setiap tahun pemerintah pusat Jakarta mengumumkan nama-nama pahlawan yang layak dijadikan sebagai Pahlawan Nasional.Â
Untuk itulah berdasarkan sejarah dari PUSPIATUR (Pusat Sejarah Peradaban Islam Aceh Turki) bahwa Laksamana Malahayati dahulu belajar militer di markas PUSPIATUR Bitay yaitu di Ma'had Baitul Maqdis.
Disinilah Laksamana Mahayati dididik menjadi seorang laksamana yang perkasa melawan bangsa Portugis. Kakek laksamana Malahayati juga adalah seorang laksamana. Dan kakek-kakeknya adalah Sultan Salahuddin bin Sultan Ali Mughayat Syah yang dimakamkan/dikuburkan di area kompleks PUSPIATUR (Pusat Sejarah Peradaban Islam Aceh Turki) Bitay (www.puspiatur.wordpress.com).
Area Akademi Maritim Ma'had Baitul Maqdis Kesultanan Aceh Darussalam Raya adalah sarana pendidikan kemiliteran berbasis maritim yang didirikan oleh Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Mukammil (1589-1604). Dimana sekolah yang sebenarnya berbentuk akademi militer ini, terdiri dari dua departemen yaitu Angkatan Laut dan Angkatan Darat. Di akademi ini diterapkan sistem pendidikan mengenai strategi perang, konstruksi meriam, kerajinan emas, serta berbagai perlengkapan senjata dan karya seni.
Sekolah militer yang merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Kesultanan Aceh Darussalam dengan Kesultanan Ottoman ini, melahirkan tokoh maritim terkenal di dunia yaitu Laksamana Malahayati.
Pada tahun 2017 ini direncanakan adanya penetapan gelar baru untuk Laksamana Malahayati sebagai Pahlawan Nasional. Di kantor Gubernur Aceh, Kamis 3 Agustus 2017 juga diadakan seminar tentang Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional. Hadir para pakar sejarah dan akademisi, ahli waris keluarga, mahasiswa, serta jurnalis cetak dan elektronik.
Pelaksanaan seminar dilakukan sebagai syarat penuh untuk menjadikan pejuang Aceh di laut itu sebagai pahlawan nasional. Acara dipelopori oleh dinas sosisal dan KOWANI Aceh sudah mendapat surat resmi dari keluarga agar Laksamana Malahayati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.Â
Surat rekomendasi dari ahli waris dan usulan dari Gubernur Aceh sangat penting agar gelar pahlawan bisa segera dikeluarkan.
Untuk gelar pahlawan nasional, masyarakat perlu mengajukan usulan kepada bupati/walikota dan gubernur melalui Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) kemudian berjenjang ke Menteri Sosial dan Dewan Gelar untuk meminta persetujuan dari Presiden dan bisa diumumkan pada hari Pahlawan 10 November.
Dalam seminar ini ternyata ada 3 foto/lukisan Laksamana Malahayati yang diedarkan oleh pelukisnya yaitu Said Dahlan. Dalam bingkai lukisan terakhir gambar Laksamana Malahayati sudah sempurna tertutup rambutnya dengan kerudung. Ada usulan dari peserta agar nama laksamana Malahayati  diganti menjadi Laksamana Keumala Malahayati.
Dari ahli waris seorang nenek berusia 85 tahun cicit dari Sultan Aceh terakhir yaitu Sultan Muhammad Daud Syah agar nama Laksamana Malahayati  diganti menjadi Laksamana Poucut Meurah Malahayati. Sang nenek bernama Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur'alam bin Twk Raja Ibrahim.