Mohon tunggu...
Indari Mastuti
Indari Mastuti Mohon Tunggu... -

Indari Mastuti merupakan ibu rumah tangga yang "doyan nulis". Meski ibu rumah tangga, Indari sangat menyukai dunia bisnis, kajian perempuan, dan ia sudah menulis lebih dari 50 judul buku serta berprofesi sebagai penulis BIOGRAFI. Indari pada saat ini sukses mengawal dua komunitas perempuan yaitu Ibu-ibu Doyan Nulis yang berjumlah 10.559 orang dan Ibu-Ibu Doyan Bisnis berjumlah 11.475 orang. Selain mengembangkan bisnis serta dua komunitasnya ini, Indari juga tercatat sebagai pengurus di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan pengurus di Indonesia Marketing Association (IMA). Pada tahun 2013, Indari melaunching Sekolah Perempuan, sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi ibu rumah tangga. Bisnis dan komunitas yang dikawalnya telah membuat Indari mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi di Indonesia, seperti Perempuan Inspiratif Nova (2010), Finalis Kusala Swadaya (2011), Juara 2 Wirausaha Muda Mandiri (2012), Perempuan Terinspiratif Indonesia Majalah Kartini (2012), Finalis Wanita Wirausaha Femina (2012), Juara 3 Kartini Awards (2012), Finalis Kartini Next Generation (2012), 100 Perempuan Pilihan Indonesia Mengubah Dengan Cinta SunLight (2013), Juara I Sekar Womenpreneur (2012), dan SuperWoman Indonesia (2014). Untuk menghubungi Indari bisa melalui email di indari.m@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Perempuan Jepang

12 Januari 2014   13:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389506391860022178

Muda, cantik, cerdas, dan mandiri itu kesan saya saat bertemu dengan Elisa Yoshigoe. Pertemuan kami baru sukses dilakukan setelah kami saling menukar janji bertemu diantara kesibukan aktivitas masing-masing. Tepatnya pada bulan Juli 2013 kami mulai berkenalan dan merencanakan untuk bekerjasama. Namun, pada bulan Desember 2013lah kami sempat bertemu di darat. Kesan pertama memang menggoda, yang datang ke rumah saya ini adalah perempuan muda yang saya yakin bukan asli Indonesia :). Aha, ternyata ya, Elisa adalah blasteran Indonesia Jepang. Kami mengobrol tentang berbagai program yang mungkin bisa dikerjasamakan, namun tentu saja sebelumnya saya menyimak presentasi beliau terlebih dahulu. Presentasi singkat itu tersaji dengan cerdas, saya amat mudah mencerna apa yang dibicarakan, dan lantas seperti biasa setelah pertemuan saya menjalin hubungan semi personal dengan Elisa. Tujuannya tidak semata-mata project akan tercapai tetapi entah kenapa saya jadi 'kepo' dengan kecerdasan Elisa di usia muda. Maka, sayapun makin ingin tahu tentang Jepang dan mencari tahu bagaimana perempuan Jepang saat ini. Elisa adalah salah satu perintis dari MicroAd. Sebuah digital Agency besar di Indonesia. Kepiawaian berbisnis terlihat dari kemampuan MicroAd berkembang selama 2,5 tahun menjadi 40 karyawan dengan omzet yang saya yakin luar biasa karena klien yang dihandle MicroAd bukan klien sembarangan. Gadis cantik berusia 26 tahun ini sebelumnya sempat menjadi juri JKT48 untuk Tim J ketika pertama kali dirintis bersama dengan Akimoto-san, pencetusnya AKB48. Kembali lagi ke perempuan Jepang, kok saya semakin kepo setelah bicara panjang lebar dengan Elisa. Menurut beliau, mamanya yang dari Jepang telah mengajarkannya untuk disiplin menggunakan kendaraan umum dan berjalan kaki. Saya yakin Elisa bukan berasal dari keluarga sederhana, tetapi cara hidupnya diajarkan untuk senantiasa sederhana. Sesuatu yang paling menarik bagi saya ketika Elisa mengatakan, "mama saya melakukan semua pekerjaan rumah sendirian, mulai dari mencuci, mengepel, dan mengasuh semua anak-anaknya" Menurutnya mindset masyarakat Jepang lebih  patriarchal dibanding Indonesia. Meski di kota-kota besar Jepang sudah modern, namun role housewife masih sangat diagungkan. Misalnya saja loyalitas terhadap profesi ibu rumah tangga sehingga pengurusan rumah dan anak tidak pernah diserahkan ke asisten rumah tangga ataupun baby sitter. Selain itu, para ibu mengajarkan kemandirian sejak dini seperti yang dilakukan mamanya seperti naik angkutan umum, berjalan kaki, dan tidak menyuapi anak tapi anak harus makan sendiri. Nah, hal ini yang membuat beberapa partner Elisa yang berasal dari Jepang bingung dan menyatakan bahwa perempuan di Indonesia makin sukses makin menyerahkan pengasuhan anak pada baby sitter sebab di Jepang kebiasaan ini amat janggal. Kemudian ketika saya bertanya pada Elisa, "Bagaimana jika si ibu adalah ibu bekerja atau pebisnis?" . Menurut Elisa, di Jepang pun wanita karir dan pebisnis tumbuh dengan baik, anak-anak jika di siang hari akan dititipkan ke day care namun ketika mereka di rumah, pengurusan rumah langsung dilakukan oleh ibunya sendiri tanpa pembantu ataupun baby sitter. Namun, ada hal yang mengganjal di hati saya ketika Elisa bilang karena ekspektasi yang sangat tinggi pada perempuan, banyak wanita karir di Tokyo yang memilih tidak menikah. Pilihan ini dilakukan karena kerepotan yang akan diembannya ketika dia menikah. Masyarakat di Jepang expect ibu harus urus rumah tangga dan anak sendiri. Well, saya sih hanya melihat dari sisi yang positifnya yaitu peran perempuan sebagai ibu dan istri amat ideal dilakukan oleh perempuan Jepang. Ketika mereka akhirnya juga berperan sebagai wanita karir atau pebisnis itu adalah pilihan dengan konsekuensi yang juga berat dengan dua peran yang harus diembannya. Sukses karir dan sukses di rumah. Setelah berbicara dengan Elisa, saya semakin menyukai perempuan Jepang dengan perannya sebagai perempuan, istri, dan ibu. Bagaimana dengan Anda? #foto Elisa Yoshigoe (dokumen pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun