Ketika kita memasuki bulan zulhijjah setiap tahun ada suatu momentum yang dapat dijadikan contoh dan teladan dalam proses kehidupan sehari-hari. Ada suatu perayaan besar yang dapat dijadikan teladan untuk bagaimana untuk mensikapi proses kehidupan yang penuh dengan dinamika persoalan hidup.
Belajar sejarah dari perjalanan kisah Nabi Ibrahim AS yang penuh nuansa peradaban pembelajaran untuk kita yang hidup dalam generasi akhir zaman. Kadang kita belajar sejarah dari perjalanan orang-orang terdahulu tak utuh dalam memahami problematika kehidupan yang penuh dengan ego, trik dan intrik.
Dalam Agama Islam memandang Ibrahim sebagai salah satu nabi dan rasul dan termasuk dalam kelompok ulul azmi. Bersama putranya, Ismail, Ibrahim dikenal sebagai peninggi pondasi Ka'bah yang kemudian menjadi kiblat umat Muslim seluruh dunia.
Salah satu yang ada dalam Islam adalah Hari raya Idul Adha juga menjadi pengingat akan peristiwa penyerahan sepenuhnya Ibrahim atas perintah Allah. Dia juga dikenal dengan gelarnya, khalilullah (kesayangan Allah). Dalam Al-Qur'an juga ditegaskan bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan kesinambungan dari ajaran Ibrahim.
Menurut Ali Syariati, seorang intelektual asal Iran, peristiwa Sunnah qurban memiliki sarat dan makna simbolik, didalamnya ada jalinan proses komunikasi, di antaranya menghargai harkat martabat manusia untuk tetap hidup dan menekankan kehidupan sosial sebagai wujud kepasrahan yang total kepada Allah SWT. Namun, dalam segala perwujudannya, dulu dan sekarang, makna Sunnah qurban kini telah bergeser menjadi sebuah tradisi ritual belaka yang tidak memiliki nilai apa-apa.
Menurut ASSYARI ABDULLAH, S.Sos., M.I.Kom. memaknai komunikasi simbolik ibadah sunnah qurban bisa dilihat dari pemahaman akan makna simbolik qurban itu sendiri, diantaranya Pertama, Dalam ibadah qurban yang menjadi simbolnya adalah mengorbankan binatang ternak yang kita miliki. Mengagapa binatang ternak yang harus diqurbankan?
Ada makna yang bisa kita petik bahwa islam berupaya untuk mengkomunikasikan kepada manusia menggunakan simbol universal berupa binatang ternak yang dipahami sebagai symbol keangkuhan, keburukan dan kerakusan yang akan berimplikasi kepada kehancuran dan kebinasaan.
Melalui momentum Ibadah Sunnah Qurban ini islam melakukan komunikasi universal kepada ummat manusia bahwa dengan menyembelih binatang ternak diharapkan sifat-sifat dan karakter kebinatangan yang terdapat pada diri hamba bisa terkikis seiring dengan lenyapnya darah dari binatang yang kita sembelih tersebut
Kedua, Meninggikan harkat Martabat manusia. Momentum qurban ini tidak bisa dipahami sebagai ibadah ritual belaka yang gersang akan jauh makna. Dalam Idul Adha ini islam mengkomunikasikan kepada sekalian alam bahwa ini adalah wujud kepasrahan Nabi Ibrahim secara totalitas kepada Allah Tuhan Sekalian Alam.
Bahkan lebih dari itu, qurban mempunyai makna pembebasan manusia dari sifat-sifat kebinatangan, sifat semena-mena dan kesewenang terhadap manusia. Ali Syari'ati menjelaskan dalam Hajj bahwa ketika Allah SWT mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba, tersirat pesan kepada manusia agar tidak lagi menginjak-injak harkat martabat kemanusiaannya.
Ketiga, Islam adalah Agama Damai. islam ingin mengkomunikasikan secara simbolik bahwa Tuhannya Ibrahim bukanlah Tuhan yang haus darah dan suka berperang. Dia adalah Tuhan yang ingin menyelamatkan dan membebaskan manusia dari tradisi yang tidak menghargai manusia dan kemanusiaan Dia adalah Tuhan yang ingin menyelamatkan manusia dari tradisi yang sering menumpahkan darah kepada tradisi yang penuh dengan rahmat dan anugerah.