Peringatan upacara Hari Pahlawan selalu diepringati setiap tahunnya oleh bangsa Indonesia. Dari seluruh pelosok penjuru negeri timur ke barat memperingati hari Pahlawan. Bagitu juga ditempat kami SMAN 25 peringati Hari Pahlwan berbarengan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pelaksanaan Upacara dengan suasana tempat yang terbatas karena ada panggung dan tenda untuk giat Puncak Bulan Bahasa dan P5.
Upacara peringatan 10 November 2023 merupakan kali kedua berbarengan dengan giat Bulan Bahasa dan P5 sehingga suasana upacara dibuat sehikmat mungkin dengan tiang bendera terbuat dari tongkat Pramuka sengaja di buat oleh adik-adik Pramuka Ambalan Soekarno Fatmawati SMAN 25 Jakarta. Proses koloborasi dalam pelaksanaan selalu terjadi dalam dua terakhir dalam memperingati Hari Pahlawan.
Penaikan Bendera Merah Putih yang diikatkan di tiang bambu tongkat Pramuka yang telah diikat oleh simpul tali temali. Memiliki suatu filosofi bagi kami warga SMAN 25 bahwa rangkaian kegiatan upacara Hari Pahlawan merupakan rangkaian simpul yang diikat dalam satu kesatuan yang utuh dan tak tercerai berai. Suasana kesederhaan dan keterbatasan tempat upacara tak menjadi penghalang bagi kami untuk menaikan bendera merah putih.
Apalagi pelaksanaan upacara peringatan 10 November 2023 berada di tahun politik dalam pesta demokrasi di Indonesia. Tentunya semangat kami dalam melaksankan upacara Hari Pahlawan dapat terbalut dalam untaian ikatan tali temali yang menjadi satu kesatuan untuk kemajuan negara Republik Indonesia. Tiang bendera yang terbuat dari bambu merupakan simbol tegaknya NKRI berawal dari bambu runcing ketika masa perang kemerdekaan. Kokohnya bambu jika diikat menjadi simpul menjadi satu akan kekuatan dalam menaikkan bendera merah putih. Rasa kebhinekaan direkatkan dalam ikatan simpul tali dan bambu pramuka.
Bagaimana tidak 10 batang bambu Pramuka disatukan dengan simpul yang menjadi satu kesatuan utuh dapat kokoh dan tegak berdiri. Rasa tak mungkin ketika dalam membuat tiang bambu itu tak ada unsur komunikasi yang baik dalam proses pengerjaannya. Kemudian harus ada rasa kebersamaan dalam membuat sehingga menjadi kokoh berdiri serta butuh waktu dan proses.
Apalagi ketika kita merujuk dari amanat mentri sosial RI mengenai hari Pahlawan 2023 yang menyatakan bahwa para Pahlawan telah mengajarkan kepada kita bahwa: kita bukan bangsa pecundang. Kita tidak akan pernah rela untuk bersimpuh dan menyerah kalah. Sebesar apapun ancaman dan tantangan akan kita hadapi. Dengan tangan mengepal dan dada menggelora. Semangat yang berasal dari nilai perjuangan Pahlawan Bangsa di tahun 1945. Semangat yang membawa kita menolak kalah dan menyerah pada keadaan. Menyatukan kita dalam upaya mewujudkan kehidupan kebangsaan yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Serta memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Kemudian Ketika kita mengingat hari itu 10 November 1945 merupakan serangkaian kegiatan perjuangan dalam mengangkat senjata mengusir penjajah dari bumi Indonesia yang sudah diproklamirkan 17 Agustus 1945. Hari bersejarah itu ketika arek-arek Surabaya melakukan perlawanan kepada bangsa Inggris atau NICA yang datang ke Indonesia dengan pekik kalimat Takbir dan Kalimat Merdeka rakyat Surabaya berhasil mengusir bangsa Inggris atau NICA dari Surabaya.
Tentara Britania datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu. Tentara Britania yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan sipil Hindia Belanda sebagai negeri jajahan kolonial Belanda yang disebut NICA (Netherlands Indies Civil Administration). yang mulai masuk ke Kota Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tujuan semula sekutu datang yaitu untuk mengamankan para tawanan perang dan melucuti senjata Jepang. Namun, tiba-tiba pada 27 Oktober 1945 NICA yang dipimpin oleh Brigadir Jendral Aulbertin Walter Sother Mallaby langsung memasuki wilayah Surabaya dan mendirikan pos pertahanan di sana. Pasukan Sekutu yang didominasi tentara Inggris tersebut menyerbu penjara dan membebaskan tawanan perang yang ditahan Indonesia. Mereka juga memerintahkan agar masyarakat Indonesia menyerahkan senjata mereka. Namun, perintah ini dengan tegas ditolak oleh Indonesia. Hingga pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia yang dipimpin Bung Tomo menyerang pos-pos pertahanan Sekutu dan berhasil merebut tempat-tempat penting.