Mohon tunggu...
Inda Nugraha Hidayat
Inda Nugraha Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru | MC | Penulis

Seorang MC yang suka Menulis Puisi, Prosa, Drama, dll, dalam bahasa Sunda dan Indonesia, di sela kesibukannya mengajar di sebuah SMK Swasta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Padepokan Sobarnas Martawijaya, Mengubah yang Ada Menjadi yang Semestinya

29 Desember 2019   21:00 Diperbarui: 1 Januari 2020   15:58 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenali Garut [Sedikit] Lebih Dalam

Sumber Photo : detik.com
Sumber Photo : detik.com
Pada mulanya, orang hanya mengenal Garut sebagai kota penghasil dodol, sampai kemudian muncul semacam julukan "Garut Kota Dodol", yang beberapa waktu terakhir sempat viral. Berbagai alasan penolakan dan pembelaan ramai berseliweran di media sosial. Padahal jika mau disikapi dengan bijak, Garut Kota Dodol adalah sebuah ungkapan, semacam pengakuan publik yang menegaskan bahwa Garut adalah kota penghasil dodol yang paling diakui. Hal ini terbukti, meskipun dodol ada di berbagai kota dan daerah, tetapi yang paling terkenal adalah dodol Garut. Bahkan, salah seorang peserta Writingthon Jelajah Kota Garut yang datang dari Kalimantan pun sempat mempertanyakan, kenapa dodol Banjar (Kalimantan), kalah tenar oleh dodol Garut. Begitu pula peserta dari Aceh, yang membawa oleh-oleh semacam dodol dari daerah asalnya, mempertanyakan hal serupa.

Ada juga yang mengenal Garut karena domba adunya yang gagah atau jeruknya yang sangat manis, meskipun sekarang sudah agak sulit menemukan jeruk Garut yang terkenal itu. Yang lebih miris adalah ketika orang mengenal Garut karena berbagai kabar negatif yang terjadi di Garut, yang kemudian viral di berbagai media.

Padahal, kalau mau sedikit menjelajah, ternyata di balik semua itu Garut menyimpan berbagai potensi wisata yang luar biasa menakjubkan. Sampai-sampai, ketika menjabat sebagai wakil bupati Garut, Dicky Chandra sempat memberikan julukan GURILAPS untuk potensi wisata di Garut.

Gurilaps ini merupakan singkatan dari gunung, rimba, laut, pantai dan seni budaya. Semua itu merupakan deretan potensi wisata terbaik yang dimiliki Garut. Pesona wisata alam Garut, mulai dari Utara hingga Selatan, seperti berbaris menanti kedatangan para pelancong. Belum lagi potensi wisata kuliner dan kerajinannya yang begitu diminati oleh para wisatawan. Dan yang tak kalah menarik adalah keberadaan aneka atraksi unik seni tradisi yang tersebar hampir di seluruh kecamatan, di kabupaten Garut. 

Bertandang ke Padepokan Sobarnas Martawijaya

Nah, bagi yang ingin menikmati keindahan dan keanekaragaman seni di Garut, sebenarnya tidak harus jauh-jauh mencari sampai ke pelosok desa atau kecamatan. Tidak jauh dari pusat kota Garut, ada satu padepokan yang boleh dikatakan sebagai salah satu pusat atraksi seni di Garut. Hanya berjarak lima kilometer dari Alun-alun Garut, atau sekitar 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda empat. Selain itu, lokasinya pun sangat dekat dengan perhotelan dan penginapan di kawasan wisata pemandian air panas Cipanas. Kurang dari satu kilometer jaraknya. Tepatnya, padepokan ini terletak di kampung Tegalsari, desa Langensari, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.

Lawang Jagat, Gerbang Padepokan Sobarnas Martawijaya | dokpri
Lawang Jagat, Gerbang Padepokan Sobarnas Martawijaya | dokpri
Di atas tanah seluas 1.328 meter persegi itu tampak beberapa bangunan, tempat warga padepokan menjalankan aktivitas keseniannya. Sepasang pilar besar menjadi gerbang atau pintu masuk ke Padepokan. Bentuknya yang artistik, seolah memberi tahu bahwa di dalam sana adalah sebuah padepokan seni dan budaya. Pintu gerbang ini dinamai Lawang Jagat.

Pintu Masuk Jagat Ageung | dokpri
Pintu Masuk Jagat Ageung | dokpri
Sedikit ke dalam, di sebelah kanan Lawang Jagat, ada satu bangunan besar yang difungsikan sebagai gedung pertunjukkan, lengkap dengan panggung tertutupnya, juga ruang-ruang backstage-nya.

Hiasan relief di tembok bagian luar gedung, yang memperlihatkan gambar waditra (alat musik) gamelan, pemain musik dan penari, semakin menegaskan fungsi bangunan tersebut sebagai gedung pertunjukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun