Mohon tunggu...
Indani Ainun Fajriah
Indani Ainun Fajriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jadilah pribadi yang bermanfaat, kapan pun dan dimana pun kita berada.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kisah di atas Bentala - Sandaran Ternyaman (bagian II)

10 Oktober 2024   15:05 Diperbarui: 10 Oktober 2024   15:10 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Sekarang di sini Agnesh berada, di rumah baru sahabatnya, sedang duduk seorang diri. Dia masih tidak menyangka bahwa Aurel telah pergi meninggalkan dirinya. Setelah menunggu setengah jam lamanya, akhirnya Agnesh bisa menemui rumah baru Aurel. Area pemakaman tidak jauh jaraknya dari rumah Aurel. Jadi, Agnesh memutuskan untuk berjalan kaki. Lagi pula, dia juga sudah tidak memiliki uang untuk naik ojek.

"Rel, kenapa kamu ninggalin aku sendirian? Bukannya kamu sudah berjanji buat selalu nemenin aku?" ujar Agnesh dengan tangan yang setia mengelus nisan bertuliskan Aurellia Octavia Ningtyas, lahir 13 oktober 2002, wafat 07 januari 2019.


Agnesh memukul-mukul dadanya, dadanya terasa terhimpit sesuatu. Biarkan kali ini Agnesh menangis sepuasnya, dirinya hanya seorang diri. "Sesakit ini ditinggal kamu, Rel."


Tubuh Agnesh merosot lemas, kepalanya dia sandarkan di nisan Aurel, kedua tangannya memeluk nisan. Membayangkan jika yang dirinya peluk adalah sosok sahabatnya.


Sudah sepuluh menit Agnesh memeluk nisan itu. Selama sepuluh menit itu pula dia hanya diam dengan tangan yang terus-menerus memeluk dan mengelus makam Aurel. Tatapannya tampak terpaku ke nisan sang sahabat. Rasa sedih dan sakit hatinya tak dapat gadis itu deskripsikan. Aurel terlalu cepat meninggalkannya, dan itu benar-benar membuatnya merasa kehilangan yang teramat dalam.


"Aurel, aku sayang sama kamu,"


"Asal kamu tahu. Hari ini aku benar-benar nggak punya sandaran. Sandaran ternyamanku telah pergi meninggalkan aku buat selamanya."


Langit semakin menggelap, matahari pun kini kembali ke peradabannya. Agnesh bangkit dari duduknya, dia berniat untuk pergi menuju tempat dimana dirinya selalu menghabiskan waktu disana bersama dengan Aurel.


"Aurel, aku pamit dulu ya. Nanti, aku bakal sering-sering main kesini kok." Apakah Agnesh terlihat seperti orang gila saat ini?
Benar, kehilangan orang yang selama ini menjadi penopang dalam hidup kita akan membuat rasa kehilangan yang sangat mendalam dan sakit hati yang tak berujung, bahkan entah sampai kapan waktu dapat mengembalikan keadaan hatinya seperti semula.

Bersambung...

Stay tuned untuk chapter berikutnya yaa!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun