Mohon tunggu...
indah widayati
indah widayati Mohon Tunggu... Lainnya - Menjadi diri seapa adanya

Ibu Rumah Tangga yang suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Love

Dewasa Bersama Pasangan

22 Maret 2022   22:30 Diperbarui: 22 Maret 2022   22:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Sebagai seorang perempuan / ibu / istri sudah saatnya kita bisa memaksimalkan segala potensi diri yang dimiliki. Kenapa...karena itu akan menjadi bagian dari sebuah jati diri dan kekuatan. Kekuatan kita dalam menjalani kehidupan dan rutinitas keseharian tergantung bagaimana diri kita terlihat. Diri kita akan terlihat menjadi seorang yang hebat dan kuat bukan karena fisik namun seberapa pengaruh dan manfaat diri teroptimasi dalam setiap sisi kehidupan.

Sudah saatnya kita bisa tunjukkan kalau potensi yang dimiliki bukan saja digunakan untuk mengurus rumah tangga namun juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Orang bisa merasakan keberadaan kita dengan segala manfaatnya adalah sebuah pencapaian pribadi yang baik. Setiap pribadi adalah sejatinya baik, hanya saat bertemu lingkungan dan kondisi yang kurang baik kemudian menjadi labil dan bahkan terpuruk dalam keburukan.

Bukan karena lingkungannya, bukan karena kondisinya, namun karena sikap dalam menghadapinya. Perbedaan dalam menyikapi setiap keadaan dan situasi yang membedakan hasil akhir wujud seseorang terlihat oleh orang lain. Apakah kemudian akan terlihat sebagai pribadi yang baik dan berkualitas atau bahkan sebaliknya. Baik atau buruknya seseorang akan menjadi gambaran bagaimana orang itu melewati berbagai kondisi dan situasi masalah dalam hidup.

Pada dasarnya setiap dari diri kita adalah pribadi yang baik. Jika kemudian pada akhirnya seseorang dari kita menjadi diri yang tidak baik maka itu adalah tentang pilihan. Menjadi tidak baik adalah sangat mudah bagi siapapun. Namun menjadi baik adalah hal tersulit yang harus terus diperjuangkan.

Tak mudah memang saat situasi rumah tangga tidak kondusif dan kita harus tetap tenang. Tak banyak yang memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam mengolah setiap situasi dengan tetap baik. Tak mudah namun juga bukan hal yang sulit bila ada kemauan dan niat yang kuat untuk berubah dan selalu menjadi baik.

Kondisi dan situasi dalam rumah tangga memang akan selalu dinamis dan penuh warna. Konflik dan perbedaan akan selalu ada. Namun bagaimana kita bisa membuat situasi menjadi tetap baik dan berjalan baik adalah sebuah pilihan. Karena pilihan buruk selalu tersaji dengan mudahnya menggoda di depan mata dan di dalam pikiran kita. Apalagi jika terjebak dalam situasi penuh emosi dan kemarahan. Seolah yang terlihat hanyalah keburukan pasangan dan mata kita terasa gelap tak bisa lagi melihat segala hal baik dari pasangan.

Kita hanya harus selalu mengingat bahwa kita dan pasangan adalah pribadi yang tak sempurna. Penuh kekurangan dan kelemahan. Banyak kecacatan dalam pemikiran dan sikap. Namun apakah kita tidak pernah mengingat bahwa saat dulu kita dan pasangan melakukan janji suci, kita sangat bisa dan hanya bisa melihat segala kebaikan yang ada pada pasangan. Itulah yang akan diuji dalam sepanjang pernikahan (rumah tangga).

Bahwa usia pernikahan adalah sebuah tahapan bagi pendewasaan dan penggemblengan sikap. Tahun-tahun awal adalah selalu menjadi tahun pernikahan yang indah, damai dan penuh kebahagiaan bagi siapapun yang menikah. Tahun-tahun berikutnya adalah tahap dimana segala keaslian sifat dan sikap akan terlihat. Dan akan semakin jelas di tahap pernikahan selanjutnya. Terus akan terlihat dan terbuka seluruh keburukan kita dan pasangan.

Kemampuan dan kesiapan dalam menghadapi terbukanya segala hal buruk dan kekurangan serta keaslian sifat pasangan bagi sebagian kita adalah tak mudah. Ada yang bisa menghadapinya dengan tetap tenang dan menerima. Namun tak sedikit yang kaget, marah, tidak terima, kecewa, ingin lari, jijik, dan sebagainya. Reaksi ini adalah wajar, saat kita berproses mengenal pasangan lebih dalam. Demikian pun yang terjadi pada pasangan, mereka pun sebenarnya juga merasakan hal yang sama, kaget dan kecewa. Bedanya karena mereka adalah laki-laki, akan menggunakan akal logikanya untuk menilai dan mempertimbangkan sebelum bersikap.

Kita sebagai perempuan yang dianugerahi dominan perasaan, akan dengan otomatis mengedepankan sisi perasaan dalam bersikap. Terkadang penilaian kita akan menjadi tidak tepat karena tidak setiap persoalan harus dihadapi dengan perasaan. Logika berpikir pun kita lakukan disaat situasi memang membutuhkan. Menyikapi segala sifat asli pasangan memang tidak mudah. Namun disitulah bagaimana ketrampilan dan kemampuan kedewasaan kita diuji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun