Teruntuk pria tampan, bertatapan sendu, Gula Jawa dari Cirebon.
Sudah sebulan lebih semenjak perpisah kita. Semua begitu berbeda. Entah mengapa meskipun aku belum benar-benar mengenalmu, sudah lahir saja rindu yang sulit kuatasi. Aku mencari-cari kamu dengan menggunakan apapun. Aku mengharapkan beritamu mampir walaupun sekadar cerita atau mitos semata.
Ku ingat awal pertemuan kita kala itu. Kamu salah satu peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional yang jauh-jauh datang ke kotaku. Waktu itu, kala hujan membasahi makassar, kau berkunjung ke LPM ku bersama peserta pelatihan yang lain.
"Assalamualaikum" sembari kau tersenyum.
"Wa'alaikumsalam, masuk ki" mengajakmu masuk kedalam ruangan.
Itulah awal pertemuan kita. Saat itu aku sedang berada diruangan yang sama denganmu. Tak ada getaran, tak ada yang spesial. Tak ada pula aura-aura luar biasa. Kau datang begitu saja lalu memperkenalkan dirimu. Dan aku hanya bisa membalas senyuman dan uluran tanganmu seadanya. Itu kali pertama aku menggenggam jemarimu yang hangat. Entahlah, mungkin kau juga sehangat genggaman itu.
Aku hanya bisa memperhatikanmu diam-diam dari belakang. Melihat expresimu yang begitu berantusias saat membagi pengalaman dan pengetahuan. Ah.. Ternyata kau sedikit berbeda dari lelaki lain yang pernah kutemui. Aku suka senyummu, aku suka caramu berbicara, aku suka penampilanmu dan entah mengapa aku menyukai semua yang ada padamu. Bahkan setelah kau beranjak dari tempat dudukmu, aku hanya bisa melihat mu hingga bayangmu lenyap.
***
Aku tak menyangka dapat bertemu denganmu lagi. Aku juga salah satu utusan dari LPM ku untuk mengikuti pelatihan. Sepertinya, kita punya banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Mungkin! Ketika kegiatan dihari pertama tlah usai, aku bergegas untuk pulang dengan temanku. Sebut saja namanya Edy, Salah satu utusan dari LPM yang sama denganku. Tetapi, mataku sibuk mencarimu, pria yang selalu ingin kutemui setiap usai materi.
"Indah!" seseorang yang kuhapal garis wajahnya mengangkat tangan; memanggil namaku dengan suara nyaring.
Aku menoleh kearahnya dengan senyum yang kuhias dengan lengkungan paling manis, barisan gigi berbehelku yang rapi kuperlihatkan seutuhnya. "Iya kak ?"
"Udah mau pulang ajah. Gk nginap kah ?"
"Tidak kak. Tidak ada persiapan soalnya. Besok malam baru nginap"
"Oh.. Indah tinggal disini saja. Biar si Edy saja yang pulang" ucapmu sambil tertawa.
Aku tak langsung menjawab, terpaku beberapa saat menemukan bola matamu benar-benar menyorot tajam mataku. "Ahaha,, Iya kak, sampai bertemu besok yah " jawabku singkat.
Hari demi hari kita selalu bertemu namun untuk saling menyapapun sangat mustahil terjadi. Kadang aku berusaha mencari cara agar dapat berbicara denganmu. Sebenarnya bukan hanya denganmu tetapi dengan semua peserta PJTLN lainnya. Termaksud percakapan kecil yang kuselipkan disela-sela jam istrahat. Jika kuperhatikan lebih teliti, kau jarang serius. Lebih banyak bercanda dan tertawa. Ah,, itu tak masalah bagiku.
***