Tari merupakan kesenian gerak tubuh yang sudah ada sejak lama. Hari Tari Sedunia bermula dari berdirinya Lembaga Tari Internasional atau Counseil International de la Danse (CID) pada 29 April tahun 1973 yang merupakan bagian dari UNESCO dalam misi melestarikan dan menjaga budaya tari di seluruh dunia.Â
Hari Tari Sedunia diharapkan menjadi saat dimana banyak generasi menari bersama sebagai sebuah bentuk pelestarian budaya dan menikmati sebuah karya seni.
Perayaan Hari Tari Sedunia diselenggarakan meriah di Indonesia, yakni pada perayaan Hari Tari Nasional tahun 2019 lalu, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menyelenggarakan acara menari 24 jam nonstop yang diisi oleh kurang lebih 200 kelompok penari.Â
Selain di Solo, perayaan Hari Tari Sedunia ini juga dilesenggarakan pada tahun 2019 lalu di Bali, yakni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyajikan 10 garapan koreografi bertema lingkungan yang berhasil ditampilkan dalam bentuk koreografi yang ditampilkan di Taman Budaya Bali.
Berbeda dengan perayaan tahun sebelumnya, pada tahun ini Hari Tari Sedunia dirayakan secara daring, dimana koreografi dijasikan melalui video berdurasi satu menit yang diunggah oleh salah satu koreografer ternama Indonesia, Hartati, dengan tema #sujudbumi yang diunggahnya melalui akun media sosial Instagram miliknya. Bagaimana peran tari di dunia. Di tengah pandemi COVID-19 yang melanda, tidak menyurutkan semangat penari atau koreografer Indonesia untuk berkarya dan merayakan Hari Tari Sedunia ini.
Setiap tari memiliki fiolosofi tersendiri yang begitu dalam. Sebuah tari mengandung sebuah cerita penuh makna yang dituangkan dalam gerak tubuh nan indah.
Selamat Hari Tari Sedunia!
Sudahkah kamu melestarikan tari daerahmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H