Beranjak dari masa lalu, jurnalisme kemudian mulai menjajal menuju masa depan. Sebenarnya, cukup sulit membayangkan seperti apa media jadinya di masa depan, karena perkembangan teknologi yang cukup "ngebut" dan berbeda setiap jamannya. Namun, bukan berarti tidak mungkin untuk membahas bagaimana nasib jurnalisme di masa depan pada artikel ini.Â
Jika bicara perkara perkembangan jurnalisme memag tidak ada habisnya. Apalagi perkembangan dunia jurnalisme ini dipengaruhi oleh faktor teknologi, yang tentunya akan selalu terbarui. Era new media sudah banyak kita bahas sebelumnya, dan juga mengenai konsep multimedia yang menjadi konsep jurnalisme masa depan sudah kita bahas pada artikel sebelumnya. Kemudian, mari menjadi visioner untuk membayangkan bagaimana jurnalisme di masa depan.
Sebelum menuju masa depan, dunia jurnalisme memiliki masa lalu, yakni sebelum meledaknya internet, atau yang disebut dengan media tradisional. Kehadiran media di masa sebelum maraknya penggunaan internet didominasi oleh keadiran koran, majalah, radio, televisi. Media-media tersebut hanya dimiliki beberapa orang saja dengan jumlah yang tidak banyak. Namun, seiring perkembangan teknologi dan hadirnya internet, media tradisional kemudian perlahan kehilangan pamor.
Internet hadir di seluruh penjuru bidang dan industri yang kemudian membawa media berevolusi. media berbasis online kemudian hadir, baik itu koran, radio, dan televisi lalu berubah menjadi digital.
Sebelum mengalami peurbahan besar ini, dunia jurnalisme mengalami transisi yang cukup signifikan dari media tradisional menuju digitalisasi, atau yang dikenal dengan "krisis jurnalisme". Apakah itu? "Krisis jurnalisme" merupakan sebuah proses transisi dari sebuah bisnis media yakni dari media berbentuk tradisional ke media digital atau berbasis teknologi internet. Proses transisi ini tentu banyak menyebabkan perubahan yakni dari perpindahan audiens ke media online dan meninggalkan media tradisional (contoh : koran).
Audiens beralih menuju media online karena aksesnya yang gratis dan menyediakan beragam informasi yang diinginkan, sehingga audiens lebih memilih untuk meggunakan media online, televisi berjejaring (network television), dan media streaming, dibandingkan dengan media koran cetak, televisi, dan radio. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pola bisnis di media, yakni penjualan iklan yang kini beralih kepada media online.
Persaingan antar media kemudian semakin meningkat dan kemudian menerapkan prinsip ekonomi untuk bertahan, yakni memperoleh keuntungan sebesarnya dengan modal sekecilnya. Akibatnya, situasi ini mempengaruhi kinerja para pekerja media (jurnalis).
Selain medium nya berubah menjadi digital, proses produksi distribusi dan konsumsi pada jurnalisme masa depan juga akan berbeda. Hal ini terlihat dari produksi konten media online yang mulai menerapkan konsep multimedia di dalamnya. Penerapan konsep multimedia di bidang jurnalisme ini menitikberatkan pada penyajian cerita dari sebuah konten berita. Maka kemudian, pada jurnalsime masa depan, bagi Bob Franklin (2012)Â perkembangan yang terjadi saat ini, akan sangat berpotensi bagi jurnalisme di masa mendatang untuk memanfaatkan teknologi era new media secara kreatif dalam penulisan dan juga penyajian berita nantinya. Selain proses produksi, proses distribusi serta konsumsi konten ini tentu akan berbeda dari media sebelumnya.