REMAJA DAN DEGRADASI MORAL
Mencermati kehidupan sebagian remaja di kota-kota besar saat ini sungguh memprihatinkan. Pasalnya sebagian dari mereka sudah banyak yang mengalami degradasi moral. Namun kemunduran moral justru dirasakan sebagai trend atau budaya modern yang wajar. Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi selain memberi manfaat juga berdampak buruk bagi remaja, yang notabene masih dalam masa transisi serta dalam proses pencarian jati diri.
Mentalitas seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang sehat memberikan “positive mindset”. Masuknya arus informasi secara bebas melalui media utamanya internet berpotensi merubah perilaku / mental remaja. Tidak salah bila kita mengadopsi budaya atau teknologi dari luar, namun semestinya kita selektif. Budaya asing yang menyimpang dari kearifan lokal serta nilai-nilai dan norma bangsa hendaknya tidak diadopsi. Sehingga budaya dan norma ketimuran yang menjadi ciri bangsa tidak pudar.Masa depan seseorang sangat ditentukan masa mudanya.
Masa remaja adalah masa yang rawan bagi masuknya pengaruh dalam membentuk karakter seseorang sekaligus menentukan nasibnya kelak.Masa muda sangat mudah disusupi pengaruh buruk dari lingkungan sosial mereka. Pemuda adalah penentu kekuatan dan ekonomi bangsa, karena itu generasi muda adalah tanggung jawab bersama, baik keluarga, para pendidik, masyarakat dan pemerintah.
Sangat penting bagi orang tua dan para pendidik untuk mengontrol perilaku remaja dengan pendekatan yang sesuai karakter anak. Kita tentu masih ingat kasus pembunuhan soerang remaja oleh mantan pacarnya beberapa waktu lalu. Pembunuhan yang tergolong sadis itu justru dibantu oleh teman korban. Kasus lainnya adalah beredarnya foto-foto dan video pergaulan bebas antar remaja , foto-foto syur di situs jejaring sosial dan bahkan bisnis sex lewat jejaring sosial oleh remaja. Kekerasan remaja jugasering menghiasi berita-berita di koran, banyaknya kasus aborsi pada remaja, penganiayaan, bahkan mutilasi kian bertambah.
Perilaku degradasi moral disebabkan banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal mungkin dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Banyak anak-anak remaja yang karena tidak mendapatkan kebahagiaan di dalam keluarga, mencari kebahagiaan di luar. Kondisi kejiwaan yang masih labil sangat mudah disusupi pengaruh buruk sosial mereka.
Orang tua seharusnya selalu menjaga hubungan dengan anak. Anak-anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian.” Quality time” penting buat keluarga, anak tidak hanya membutuhkan uang, sandang dan papan. Orang tua selain perannya sebagai pelindung, harus bisa berperan sebagai mentor, sekaligus teman sehingga anak merasa nyaman menyampaikan masalahnya.Orang tua sesekali perlu menjadi pendengar. Bila perlu menyampaikan nasihat carilah momen yang tepat. Melarang anak saja belumlah cukup, namun juga memberikan gambaran resiko serta solusi. “Punishment” bila diperlukan hendaklah yang mendidik, bukan kekerasan fisik atau psikis. Bekali anak dengan pendidikan agama dan norma sosial. Anak tidak perlu dikekang, namun pastikan mereka berada di lingkungan yang sehat. Sebab peneltian membuktikan bila pengaruh sosial lebih dominan dalam membentuk karakter seseorang. Tentu saja orang tua harus lebih dulu menjadi contoh bagi anak-anak agar bisa menjadi model atau panutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H