Siapa yang tidak mengenal boneka Barbie? Boneka tersebut telah menjadi ikon wanita yang cantik dengan penampilan yang sempurna. Sebagian besar wanita mengidolakan dia. Gambaran cantik adalah postur tubuh yang ramping dengan kaki yang jenjang rambut panjang, perut ramping dengan lingkar pinggang kecil dan pinggul lebar.
Pandangan akan “cantik” secara fisik telah meracuni banyak wanita di seluruh dunia terutama remaja, kaum selebriti dan bahkan ibu rumah tangga. Di Korea jumlah pasien yang menjalani operasi plastik terus meningkat dan bahkan telah bergeser ke life style. Banyak orang tua memberi hadiah ulang tahun dengan operasi plastik. Kaum pria tak mau kalah. Mereka yang gemar memoles fisik rupanya tak berhenti pada sekali operasi. Seolah operasi plastik telah menjadi candu bagi mereka yang mampu secara finansial.
Menurut doctor Tozaki, seorang ahli bedah plastik, merebaknya operasi plastic selain faktor budaya dan faktor fisik seperti karena kecelakaan dan sebagainya, ternyata 10 sampai 15 % mengalami gangguan psikologi yang disebut ”Body dysmorphic disorder”. Yaitu ketika seseorang melihat dirinya sendiri di kaca, dan dia selalu merasa ada yang kurang dengan penampilannya. Ada perasaan kurang puas dengan kondisi fisikya, dan cenderung melakukan operasi plastik yang berulang. Lihat saja negara Korea, Thailand dan Brazilia, operasi plastik laris layaknya berbelanja di supermarket. Mereka tidak lagi memperhitungkan efek sampingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H