Mohon tunggu...
Indah Tri Harmani
Indah Tri Harmani Mohon Tunggu... -

Guru Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang-Bayang Ayah

17 September 2014   22:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Dimana akan kucari.....aku mengangis seorang diri....ayah dengarkanlah....”Srikandi mendengar alunan lagu Koes Plus yang dialunkan oleh Ariel Peterpan terasa merobek dadanya. Sambil mencuci  Srikandi tak kuasa menahan kepedihan yang telah lama terkubur. Seolah semua muncul kembali di pikirannya.

Srikandi menatap Jawara anaknya, tanpa terasa kini anaknya telah beranjak dewasa, badannya tinggi, besar dan kekar. Pikirannya melayang ke beberapa tahun yang lalu saat dia harus berjuang hanya untuk sekedar mempertahankan hidup di tengah beringasnya dunia. Hari-hari hanyalah bekerja dan bekerja demi memperjuangkan buah hatinya.

Suatu saat Jawara menanyakan perihal ayahnya, namun Srikandi singkat menjawab “ayahmu sudah tidak ada”. Jawara kecil saat itu puas dan berlalu. “Ma, kenapa aku tidak pernah tahu bagaimana wajah ayahku” tanya Jawara suatu waktu. “ Ya kamu lihat saja di cermin, ayahmu ya seperti kamu” balas ibunya. “Apa tidak ada satupun foto ayahku ma?”rengeknya. Srikandipun akhirnya menjelaskan kalau tidak ada satu fotopun tersisa. Dia memang sudah tidak ingin lagi mengenang suaminya yang telah mencampakkan dia, sehingga semua foto-foto telah dibakarnya habis. Dia berharap kelak pada waktunya anaknya akan mengerti perasaan ibunya.

Sambil meneguk kopi bersama Jawara, Srikandi mengisahkan suaminya. Sesekali tangannya menyeka pipi yang basah oleh airmata. “Jadi ayahku tidak pernah peduli padaku ya ma?” tanyanya.

“Entahlah, bisa jadi ayahmu memang sudah tidak ada nak,”Sri mencoba menjelaskan.

Srikandi membongkar lemarinya, berharap dapat menemukan satu saja foto suaminya yang tersisa demi memenuhi keinginan anaknya. Namun tak satupun ada.

Malam itu Jawara sedang menonton film laga kesukaannya, Srikandi melirik dan anaknya memanggilnya. “Ma, apa seperti ini wajah ayahku?”,tanyanya.”Tidak”dia menjawab singkat.

Jawara memang sering menceritakan ayah teman-temannya yang bisa memberikan kasih sayang kepada mereka. Dan biasanya Srikandi hanya menenangkan dan menghiburnya kalau dia adalah ibu dan juga ayah buatnya. “Takdir memang tidak adil ya ma,” kata Jawara tiba-tiba. Srikandipun merenung sejenak dan akhirnya menjelaskan bahwa manusia memang hanya bisa menjalani dan berusaha, namun Tuhan jualah yang menggariskan semuanya.

Srikandi ingin tahu perasaan anaknya akan ayahnya, maka sambil memasak dia bertanya kepada anaknya. “Mama sedih ketika kamu mendengarkan lagu “Ayah”tempo hari, mama jadi kasihan sama kamu, apa kamu tidak sedih dengar lagu itu Jawara?katanya menyelidik. “Ya waktu pertama dengar sampai nangis ma, masak aku nggak pernah tahu wajah dan seperti apa ayahku sendiri”jawabnya.

Mendengar ucapannya, keronkongannya terasa kering dan mencekik, dia tidak pernah tahu kalau selama ini anaknya merindukan sosok seorang ayah. Namun Srikandi terdiam, cukup lama dia menahan airmatanya, dan lalu dia bebicara lirih pada anaknya,”sudahlah nak, kamu tetap harus bersyukur, masih ada mama yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang padamu, coba kamu bayangkan bagaimana anak yatim piatu yang dari kecil sudah tidak ada ibu dan bapaknya.”

Dan Jawarapun mengangguk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun