Generasi Z merupakan generasi yang minim literasi keuangan sehingga generasi Z sulit untuk mengatur keuangan mereka sesuai dengan kebutuhannya. Generasi ini lebih mengutamakan gengsinya dari pada keuntungan yang didapat untuk masa depan. Mengapa? Karena mereka lebih mementingkan gaya hidup dari pada masa depannya. Sehingga generasi Z pun tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik seperti menyisihkan untuk kebutuhan pribadi, investasi, atau bahkan untuk kebutuhan mendesak.
Bagi generasi ini gengsi adalah hal paling utama bagi mereka dibandingkan dengan keuntungan di masa depannya. Pada generasi ini, banyak anak muda yang lebih takut ketinggalan sesuatu yang sedang trend di zaman sekarang yang sering dikenal dengan sebutan “Fear Of Missing Out (FOMO)” dari pada memikirkan keuntungan di masa depannya. Jika, seandainya anak muda zaman sekarang memikirkan keuntungan di masa depannya pasti mereka akan tertarik dengan yang namanya investasi, dan tentunya mereka pasti akan cari tahu apa saja keuntungan dari berinvestasi, sehingga mereka bisa memilih lebih menguntungkan gengsi atau investasi? Menarik, bukan?
Dikutip dari laman ksei.co per tanggal 28 April 2023, menyatakan berdasarkan data KSEI pada akhir semester I tahun 2022 bahwa jumlah Single Investor Identification (SID) telah mencapai 4.002.289, dengan 99,79% merupakan investor individual lokal. Melihat perkembangannya, dari sejak tahun 2021 jumlah investor saham telah meningkat 15,96% dari 3.451.513 pada akhir tahun 2021 menjadi 4.002.289 pada akhir Juni 2022. Peningkatan tersebut dapat dilihat sejak tahun 2020 ketika investor masih berjumlah 1.695.268. Pada akhir semester I tahun 2022 investor saham lebih dikuasai oleh investor berusia di bawah 40 tahun, yaitu pada generasi Z dan milenial sebesar 81,64% dengan nilai aset mencapai 144,07 triliun. Sebanyak 60,45% investor berprofesi sebagai karyawan swasta, guru, pegawai negeri, dan pelajar, dengan nilai aset mencapai 358,53 triliun. Data demografi memperlihatkan bahwa investor saham masih terkonsentrasi di pulau Jawa yaitu sebesar 69,59%, termasuk 13,97% investor yang berdomisili di DKI Jakarta dengan nilai aset yang mencapai Rp3.772,32 triliun.
Dari minimnya literasi keuangan bagi generasi Z, tetapi ternyata dari sebagian generasi Z sudah sadar akan keuntungan berinvestasi untuk masa depan seperti yang dapat kita lihat berdasarkan data KSEI pada akhir semester I tahun 2022. Tapi dilihat dari hal tersebut mungkin masih banyak dari generasi Z yang masih memilih untuk memenuhi gaya hidupnya terlebih dahulu dibandingkan memikirkan keuntungan di masa depan nantinya. Dari hal tersebut, yuk kita lihat apa saja dampak dari berinvestasi dan dampak mengutamakan gaya hidup.
Dampak mengutamakan gaya hidup:
- Hidup tanpa orientasi keuangan yang jelas
- Struktur keuangan menjadi tidak sehat/ tidak teratur
- Tidak adanya dana darurat dan investasi
- Tidak punya perencanaan keuangan dalam jangka panjang
- Memicu adanya hutang/pinjaman dan dapat mengakibatkan depresi
Dampak melakukan investasi:
- Dapat mendukung pertumbuhan ekonomi
- Dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
- Membuka lapangan kerja baru
- Memiliki dana simpanan untuk kebutuhan masa depan atau kebutuhan mendesak
- Menghindari terjadinya inflasi
Dapat dilihat dari dampak diatas yang mana lebih menguntungkan adalah melakukan investasi. Menurut Makmum & Yasin, menyatakan bahwa investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena investasi yang dapat kenaikan pengeluaran secara signifikan, selain itu secara otomatis akan meningkatkan permintaan pemasukan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat. Investasi berdasarkan teori ekonomi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsikan tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang. Investasi juga sebagai sarana dan motivasi dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya memperluas penggunaan tenaga kerja dalam meningkatkan produksi. Kaum aliran klasik menganggap akumulasi kapital sebagai suatu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi. Adanya pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Jadi secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa dengan melakukan penananaman modal maka dapat meningkatkan pendapatan.
Sebagian ahli ekonomi memandang pembentukan investasi merupakan salah satu faktor penting yang memainkan peran vital terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Ketika pengusaha atau individu atau pemerintah melakukan investasi, maka akan ada sejumlah modal yang ditanam, ada sejumlah pembelian barang modal (yang tidak dikonsumsi), tetapi digunakan untuk produksi, sehingga dapat memacu produktivitas untuk menghasilkan barang dan jasa.
Sehingga menurut saya, investasi lebih menguntungkan bagi generasi Z dari pada gengsi, karena gengsi hanya membuat kesulitan dalam hidup dan investasi membuat keuntungan bagi kita di masa depan, tetapi dalam melakukan investasi tetap harus berhati-hati karena banyak sekali oknum yang menyalahgunakan investasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI