Mohon tunggu...
Gasella Pasific
Gasella Pasific Mohon Tunggu... Lainnya - Penuntut ilmu

Menyelami samudra keindahan sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Panorama Kota Curup

28 November 2020   10:28 Diperbarui: 28 November 2020   10:54 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Pagi itu adalah pagi yang sangat istimewa didalam hidupku, mentari mulai tersenyum dari balik jendela kamarku dan setetes embun menyapaku mengingatkanku akan sesuatu. Ini adalah kepulangan kali pertamaku, selama dua tahun merantau dinegeri Sunda, ayah berjanji akan mengajak kami sekeluarga menikmati panorama Kota Curup. Kota Curup memang terkenal dengan beberapa tempat wisata yang unik dan banyak dikunjungi oleh masyarakat baik didalam maupun luar kota Curup, diantaranya tempat wisata Danau Mas dan pemandian air hangat yang diberi nama Suban yang berjarak sekitar satu jam dari Kota Lubuklinggau, tempatku bermukim.

Diperjalanan aku terkagum melihat pemandangan yang begitu asri, jauh dari bangunan-bangunan yang tinggi dan polusi, menelusuri pepohonan yang rindang sambi mentafakkuri ciptaan ilahi,burung-burung bersiul-siul bahagia mengajak ranting-ranting pohon ikut menari.

          Tak terasa, satu jam pun berlalu dan akhirnya kami tiba di Kota Curup, tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah pemandian air hangat Suban. Sambil menunggu ayah membeli tiket masuk, aku melihat banyak pengunjung yang datang dengan tujuan yang sama. Ketika memasuki kawasan pemandian air hangat yang pertama, kami kaget ternyata semua kolam pemandian sudah terisi penuh dengan pengunjung, waktu itu ada sekitar tiga kolam dengan ukuran yang bervariasi, akhirnya kami pun menuju ke kekawasan kedua, tapi ternyata kawasan kedua juga sudah penuh, banyak orang berjubel untuk memasuki kolam pemandian air hangat, begitu juga dengan kawasan ketiga. Pada akhirnya, kami naik lagi keatas menuju kawasan pemandian yang keempat, alhamdulillah ternyata masih kosong, kami segera meletakkan barang-barang, makanan, dan minuman di atas bangku panjang yang terbuat dari bambu. Setelah itu, kami langsung terjun ke kolam pemandian yang luasnya 8x6 m dengan kedalaman satu meter disatu sisi dan dua meter disisi yang lain, jadi dalam satu kolam ada dua kedalaman dan terdapat beberapa pancuran air hangat disetiap sudut kolam, sementara keponakanku yang masih kecil-kecil mandi di kolam khusus anak-anak.

Jujur saja kala itu aku belum pernah pergi ketempat pemandian air hangat, dan menurutku tempatnya tak jauh berbeda dengan kolam renang biasa, yang memebedakan airnya yang hangat, sehingga terasa lebih nyaman dan tempatnya yang memanjakan mata.

Sesekali kami keluar dari kolam untuk mendinginkan badan, lalu masuk lagi ke kolam pemandian, setelah satu setengah jam kami berada di kawasan pemandian, akhirnya kami memutuskan untuk menuju tempat peristirahatan, mengganti baju dan duduk diatas kursi yang sudah disediakan, akan tetapi karena jumlah kami yang tidak sedikit, akhirnya kami membawa karpet dari rumah. Sambil duduk kami menikmati kue dan makanan ringan yang sudah dipersiapakan dari rumah, lebih hemat, bukan? Lagipula tidak ada penjual makanan dan minuman yang berjualan dikawasan pemandian, mereka tidak diperbolehkan masuk, mereka hanya berjualan di depan gerbang sebelum masuk kawasan pemandian.

          Setelah satu jam kami beristirahat, akhirnya  kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Selanjutnya, kami akan mengunjungi Danau Mas, yang berjarak sekitar 30 kilo meter dari tempat pemandian. Let’s go...

Akhirnya kami pun tiba di Danau Mas, sebelum memasuki Danau Mas, kami mampir di tempat perisrtirahatan terlebih dahulu untuk sholat zhuhur dan makan siang, sementara paman memarkirkan mobilnya di sekitar danau. Setelah shalat, kami duduk ditempat peristirahatan untuk makan siang, aku, ibu dan kakakku menyiapkan lauk dan nasi yang sudah kami siapkan dari rumah. Ketika itu ibu memasak ikan panggang dan lauk kesukaanku, ah masakan ibu memang menggoda. Nyummyy... makan bersama terasa nikmat sekali sambil menyaksikan Danau Mas dari kejauhan.

          Setelah makan, kami menuju ke Danau Mas. Sambil menunggu ayah membeli tiket, lagi lagi mata ku melirik banyaknya pengunjung yang berdatangan. “Hmm, aku tambah penasaran dengan Danau ini”, gumamku di dalam hati. Tak berapa lama kemudian, kami mengambil antrean untuk memasuki area wisata Danau Mas. Setelah memasuki area wisata, aku berdecak kagum, “maa syaa Allah alangkah indahnya danau ini”ujarku. “Iya “ kata kakakku, “pantas saja danau ini tidak sepi dari pegunjung”, lanjutnya. Tidak hanya tempatnya yang indah, akan tetapi beberapa wahana juga banyak diminati pengunjung. Kami pun tak ketinggalan mengunjungi beberapa wahana dan tempat permainan. “Ayo kita naik perahu yang besar itu, sepertinya perahu itu cukup untuk kita yang berjumlah 12 orang”, kata ayah. Akhirnya kami pun menaiki perahu dan menelusuri danau yang amat luas itu, sesekali aku dan  keponakanku yang masih kecil berteriak,karena perahunya seperti hampir tenggelam, ah mengejutkan saja, ini pasti perbuatannya si pak nakhoda untuk mengagetkan kami. Satu jam berlalu, kami turun dari perahu dan duduk disekitar danau, sambil menikmati keindahannya.

          Waktu menunjukkan pukul tiga sore, kami langsung bergegas menuju tempat peristirahatan dan mengemas barang-barang yang akan dibawa pulang. Diperjalanan kami singgah sebentar di kebun buah naga, ya khusus buah naga yang ditanam disini. Maa syaa Allah, kebunnya luas sekali dan sudah berbuah semuanya. Si pemilik kebun menuntun kami ke kebun yang buahnya sudah matang sempurna, jadi tinggal petik dan bisa langsung dimakan, kami pun tergoda oleh buah naga yang ranum itu. Si pemilik kebun menyiapkan piring dan pisau untuk mengupas buah naga yang sudah kami petik, setelah dikupas kami langsung menyantapnya, wah benar-benar manis dan segar, membuat kami ketagihan. Ayah dan paman membeli beberapa buah naga untuk oleh-oleh. Waktu menunjukkan pukul lima sore, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Diperjalanan pulang, aku menyaksikan tarian daun berguguran begitu indah dilihat saat senja mengingatkanku akan syukur yang tak terhingga pada Pencipta alam semesta, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? dan dari perjalanan ini, aku memahami suatu konsep kebahagiaan bahwa bahagia itu sederhana bersama orang yang kita cintai dan mencintai kita, selagi kesempatan itu dipelupuk mata dan belum sirna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun