Desa Colo merupakan salah satu bagian dari banyaknya desa yang masih menghormati tradisi yang telah dilakukan sejak lama. Salah satunya adalah tradisi buka luwur.Â
Tradisi ini banyak dilakukan di makam beberapa leluhur, seperti Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Mbah Sumur Bandung. Leluhur tersebut tentunya memiliki peran penting bagi masing-masing masyarakat setempat. Mbah Pangeran Pandak dan Mbah Sumur Bandung dipercaya sebagai cikal bakal makmurnya kehidupan di Dukuh Pandak, Desa Colo.Â
Oleh karena itu, sampai sekarang makam Mbah Pangeran Pandak dan Mbah Sumur Bandung masih ramai diziarahi oleh penduduk Desa Colo. Tradisi buka luwur diadakan setahun sekali pada tiap tahunnya. Penanggalan yang digunakan adalah tahun Hijriyah, pelaksanaan buka luwur diadakan pada setiap tanggal 12 Muharram.
Tradisi buka luwur, merupakan proses penggantian kain mori yang digunakan untuk menutup nisan makam agar terlindung dari debu dan kotoran. Penggantian kain mori ini merupakan salah satu kesempatan untuk guyub rukun masyarakat. Acara ini selalu dilakukan tiap tahunnya oleh masyarakat Dukuh Pandak, Desa Colo.Â
Rangkaian acara ini terdiri dari beberapa proses yang diawali dengan khataman Al-Quran oleh putra dan putri pilihan. Dilanjutkan dengan pengajian untuk masyarakat umum Desa Colo dan khususnya untuk masyarakat Dukuh Pandak, Desa Colo.Â
Sebelum pengajian, terlebih dahulu telah dilakukan proses buka luwur oleh panitia yang bertugas dan juru kunci makam. Kain luwur yang digunakan terlebih dahulu diarak oleh panitia dan warga setempat dari mushola Nurul Ulum (Dukuh Pandak, RT 1/RW 3) ke area makam Dukuh Pandak. Puncaknya adalah pada hari kedua yaitu pengajian untuk masyarakat serta perangkat Desa Colo dan Honggosoco.
Kegiatan ini juga ditujukan untuk menghormati Mbah Sumur Bandung, tokoh yang menyebarkan agama Islam di Dukuh Pandak. Mbah Sumur Bandung adalah salah satu murid dari Sunan Muria yang mendapatkan tugas untuk menyebarluaskan agama Islam di Desa Honggosoco, tetapi pada akhir masa hidupnya beliau ingin kembali ke Muria setelah mengabdi. Hingga pada akhirnya, beliau kembali menuju Muria dan meninggal saat menyebarkan agama di Dukuh Pandak.Â
Sehingga makam beliau berada di Dukuh Pandak. Mbah Sumur Bandung dikenal dengan peninggalannya yang berupa belik sumur yang ada di Desa Honggosoco. Belik ini dipercaya berasal dari jejak telapak kaki kuda yang ditunggangi oleh Mbah Sumur Bandung. Air dari belik ini memiliki rasa segar dan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit. Namun, semua itu kembali kepada kepercayaan masing-masing.
Kesempatan yang sangat baik ini tentu saja dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN Unnes yang diterjunkan di Colo. Pada kesempatan ini, mahasiswa Unnes dapat terlibat langsung dalam arak-arakan dan pengajian yang dilakukan. Pada hari kedua, mahasiswa Unnes juga diberi kesempatan untuk membagikan nasi berkat kepada masyarakat Desa Honggosoco yang datang. Pengajian diadakan dengan tingginya antusias oleh masyarakat.Â