Tahun 2024 kemarin sebenarnya salah satu resolusi saya adalah membaca 12 buku. Artinya satu buku dalam satu bulan. Kedengarannya so simple dan mudah dicapai. Tapi kenyataannya, tahun 2024 saya hanya membaca tujuh buku yang tamat. Artinya resolusi itu tidak tercapai.
Resolusi itu memang sebaiknya tidak hanya diucapkan, tapi juga dipantau secara teratur. Apalagi resolusi yang terukur, ada target angkanya, sebenarnya sangat mudah dipantau, asal serius.
Dua belas buku dalam setahun artinya satu buku setiap bulan. Artinya setiap bulan harus ada output satu buku yang selesai dibaca. Artinya dari mulai tanggal satu, sudah ada buku yang dipilih dan diniatkan untuk dituntaskan dalam tiga puluh hari. As simple as that.
Mengapa nggak tercapai ya karena tidak diikuti dengan upaya sungguh-sungguh untuk mencapai target.
Siang tadi seorang teman menuliskan target bacaan tahunannya adalah 50 buku. Wow, hamba tersentak kaget, tapi nggak kemudian terprovokasi untuk mengubah resolusi sehingga bisa saingan dengan teman itu lho ya.
Masing-masing orang punya batasan. Dan saya yang tahun lalu hanya baca tujuh buku sadar bahwa untuk mencapai 12 seperti resolusi tahun ini, itu sudah effort banget. Kecuali memang bukunya tipis-tipis, atau pictbook yang narasinya singkat-singkat.
Saya juga tidak terprovokasi dengan capaian bacaan DeLiang - seorang anak kecil jenius berusia 11 tahun - yang di tahun 2024 membaca 393 buku. Saya tidak terprovokasi, tapi justru termotivasi bahwa saya pasti bisa mencapai 12 buku dalam setahun. Semangat!
membaca buku-buku koleksi saya yang masih tersegel dan atau buku-buku dari aplikasi Gramedia Digital. Sudah ada dua buku nonfiksi yang saya baca bergantian. Semoga salah satunya bisa tamat di akhir bulan.
Tahun ini saya berencana tidak membeli buku dulu. Mau ikut No Buy Challenge 2025. Saya akan fokusMembaca buku bagi saya mempunyai dua manfaat. Yang pertama buku fiksi itu menghibur dan menguatkan imajinasi. Yang kedua buku nonfiksi membuka wawasan dan mempertajam kemampuan analisis berpikir.Â