Banjir bandang Sukabumi, demikian judul yang tertera.Â
Tanggal 4 Desember 2024 saya sedang duduk di depan televisi ketika tayangan berita mencuri perhatian saya.Luapan air sungai berwarna cokelat dengan arus kencang terlihat di layar televisi. Tak lama beberapa kendaraan hanyut.Â
Padahal sebelumnya kendaraan itu parkir di tempat yang aman. Luapan air secara tiba-tiba membuat kendaraan-kendaraan tersebut menjadi korban banjir.
Satu video amatir malah menunjukkan gambar yang lebih dramatis ketika sebuah kendaraan berusaha menerobos banjir, lalu tersangkut sebuah tiang listrik. Arus yang kuat membuat kendaraan akhirnya terguling.Â
Dari arah si pembuat video, sebenarnya telah ramai suara orang berteriak mengingatkan pengendara mobil untuk tidak menerjang banjir, dan mengingatkan untuk segera keluar dari kendaraan.Â
Tapi kemalangan tak bisa dicegah. Seingin apapun membantu, orang-orang ini pun tak bisa berbuat banyak. Nyawa taruhannya jika nekad membantu menyeberang banjir besar.
Untungnya pengendara mobil ternyata dapat menyelamatkan diri. Seorang sopir dan dua penumpang berhasil keluar dari mobil di saat yang tepat dan membiarkan mobil hanyut terbawa air.
Syukurlah masih dilindungi Tuhan. Tentunya pengalaman ini merupakan pengalaman tak terlupakan buat mereka karena jadi semacam kesempatan untuk 'hidup' yang diberikan Tuhan.
Berita lain memperlihatkan beberapa petugas melakukan tindakan penyelamatan, mengevakuasi warga untuk berpindah ke tempat yang lebih aman.Â
Saya sangat salut pada petugas yang selalu siap siaga di saat-saat terjadi musibah seperti ini. Semoga pekerjaan mereka dimudahkan dan mereka selalu sehat, aamiin.
Data terakhir menunjukkan banjir mengakibatkan  22 kecamatan terdampak bencana. Selain banjir, dampak curah hujan tinggi menimbulkan  tanah longsor, angin kencang  dan pergerakan tanah di beberapa titik kejadian. Jumlah jiwa terdampak adalah 103 kepala keluarga (KK) dan 243 jiwa.