Kehidupan sekolah berasrama dalam novel-novel terjemahan berlatar belakang negara Inggris selalu mengesankan. Enid Blyton dengan Mallory Towers dan Gadis Paling Badung di Sekolah, JK Rowling dengan Harry Potter - walaupun yang ini genre fantasi ya, dan kali ini Agatha Christie menulis pula sebuah misteri pembunuhan dengan latar sekolah putri berasrama: Kucing di Tengah Burung Dara.
Sekolah putri berasrama "Meadowbank" baru saja memulai semester barunya ketika terjadi pembunuhan di sana. Seorang guru olah raga yang sembrono terbunuh dengan luka tembak di dada di sebuah tempat yang bernama paviliun olah raga. Berbagai spekulasi muncul berkenaan dengan kematiannya. Kepala kepolisian tidak dapat menyingkap tabir kebenaran hingga terjadi pembunuhan kedua dan ketiga.
Salah satu murid yaitu Julia Upjohn menemukan berbagai potongan puzzle yang coba dirangkainya sendiri. Ketika ia menemukan jawaban, ia tahu bahwa nyawanya terancam dan ia harus segera meminta pertolongan.
Berdasarkan ingatan pada seorang kenalan teman ibunya, seorang detektif yang cerdik, Julia sengaja menyelinap keluar dari asrama untuk menemui Monsieur Hercule Poirot di London. Di sana ia bercerita tentang kejadian yang menimpa sekolahnya. Julia juga menunjukkan sesuatu yang ia bungkus tissue dan disembunyikan dengan baik dalam lipatan kaus kaki: beberapa butir permata asli yang bersinar-sinar.
"Mungkin ini yang dicari pembunuh itu di paviliun olah raga."
Hercule Poirot bersedia membantu Julia dan segera menelepon kepala sekolah lalu datang berkunjung ke Meadowbank. Setelah melalui beberapa wawancara, Hercule Poirot telah menemukan jawabannya.
Permata-permata itu sebenarnya adalah milik seorang pangeran di Negara Ramat yang sedang konflik. Sambil mencari jalan menyelamatkan diri, sang pangeran menyerahkan permata pada sahabatnya untuk diselamatkan. Sahabatnya kemudian menitipkan permata pada kakak perempuannya yang akan menempuh perjalanan keluar dari Ramat. Permata itu diselipkan di salah satu barang milik keponakannya, Jennifer, Â yang akan bersekolah di Meadowbank. Tanpa dapat diduga oleh semua orang, Jennifer bertukar barang tersebut dengan milik temannya, Julia.
Hercule Poirot sebagai detektif cerdik kesayangan Agatha Christie mengundang semua orang yang terlibat lalu mengungkapkan fakta-fakta dan teori yang ia buat. Hingga dimunculkannya saksi kunci, ibu Julia yang dulu pernah bekerja di kantor intelijen. Ibu Julia mengenali salah satu staf sekolah sebagai orang yang berbahaya - alias seorang pembunuh.
Membaca karya Agatha Christie tak pernah membosankan karena ia sangat piawai merangkai jalan cerita sehingga pembaca selalu penasaran dan enggan menutup buku sampai cerita rampung dibaca. Meskipun settingnya adalah kejadian di masa lalu dan novelnya tidak mungkin direvisi dengan mengambil setting kekinian...misalnya mengapa tidak mengirim pesan WA saja dan harus menemui langsung - ya karena pada zaman itu belum ada telepon genggam. Meski demikian ceritanya tetap aktual untuk dibaca, karena kalau soal pembunuhan, karakter pembunuh tak pernah berubah dari masa ke masa. Perkembangan zaman hanyalah bumbu-bumbu saja untuk mempercantik cerita.
Selamat membaca!