Memandangi foto reuni sekolah, rasanya ingin kembali ke masa-masa muda ceria.
Masa-masa yang sayangnya sudah banyak hilang dalam memori.
Hanya satu yang pasti, masa-masa itu terasa sangat indah.
Masa ketika masalah terberat kita adalah otak buntu saat disuruh guru matematika menjawab soal di papan tulis.
Sungguh berat kan, mengacungkan kapur menggores papan hitam, tanpa benar-benar tahu apa yang harus ditulis.
Rumus matematika laksana hieroglif tanpa makna.
Yang ingin dilakukan hanyalah tiba-tiba lenyap dari muka bumi.
Masalah paling berat itu pun ternyata kini hanya kita kenang sambil tertawa-tawa.
Luar biasa hingga kuingin mengulangnya.
Bukan pada episode kena setrap guru matematika, tapi saat kauselipkan kertas di buku pelajaranku.
Berisi tulisanmu yang cakar ayam menanyakan bolehkah kita berteman lebih akrab?
Jika tahu episode ini akan kulupakan sedemikian mudah, mungkin dulu kertas berisi coretanmu itu akan kusimpan laksana pusaka nenek moyang.
Dan kubaca-baca lagi dengan gembira, setiap memori menghadirkan rasa kangenku padamu, yang sekarang entah di mana.
Jarak dan waktu telah memisahkan kita.
Kau di sana aku di sini dan rasa itu mungkin tlah hilang dalam relung hati kita.
Namun sebagai penghargaanku pada masa lalu yang indah.
Penghargaanku pada perasaan yang pernah kausematkan di hatiku.
Aku akan selalu mendoakan kebahagiaanmu.
Makassar, April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H