Bulan Ramadan bulan yang suci mulia, semua berlomba mengondisikan situasi agar mendukung pencapaian target Ramadan. Salah satu situasi yang dikondisikan adalah penggunaan media sosial.Â
Sadar atau tidak sadar, kamu harus setuju bahwa scrolling medsos adalah pencuri waktu yang sangat lihai mendistrak saat-saat berharga kita. Lalu bagaimana agar dapat fokus mencapai tujuan  pada Ramadan kali ini? Apakah perlu kita puasa media sosial? "Puasa" yang seperti apa?
Pertama coba dilihat terlebih dahulu medsos apa yang biasa digunakan setiap hari? Facebook, Twitter, instagram, Â tiktok, youtube, telegram, whatsapp, platform bacaan online, platform belanja online, perpustakaan online, website langganan, blog pribadi, blog sosial, Kompasiana, dan lain sebagainya. Belum lagi kalau pada medsos pribadi ada beberapa akun alternatif. Tak terasa dunia kita sudah tak bisa lepas dari cengkeraman medsos yang luar biasa.
Mungkin dari sederet jenis medsos yang saya sebutkan barusan, tak semuanya selalu dikulik tiap hari. Lalu apakah puasa sama artinya dengan me-nonaktifkan semua medsos tadi? Saya rasa itu tergantung pada masing-masing orang.
Ada yang merasa kalau melihat simbol medsos di ponsel, bawaannya selalu pengen ngecek. Kalau seperti ini tidak ada salahnya menghapus dulu medsos tersebut dari hp. Sebagian yang lain yang punya pengendalian diri bagus, mungkin cukup dengan mengurangi penggunaan medsos. Yang biasanya 5 jam menjadi 2 jam saja. 3 jamnya dialihkan buat ngaji, misalnya.
Puasa medsos yang benar-benar nggak mau lihat sama sekali - sepertinya tidak bisa juga di tengah masyarakat yang semuanya pengguna medsos. Apalagi mereka yang pekerjaannya selalu berhubungan dengan medsos seperti admin medsos, endorser, penjual online, dll. Kalau mereka puasa medsos, bisa-bisa dapur tidak ngebul. Bagi mereka, medsosan itu ibadah karena bekerjanya menggunakan media medsos.
Selain itu medsos tidak buruk karena medsos itu hanya tools. Dia alat yang membantu manusia melakukan berbagai aktivitas. Kalau kita orang baik, ya gunakanlah medsos dengan sebaik-baiknya menyebarkan kebaikan. Hal ini penting untuk menyediakan konten positif yang dapat dilihat semua kalangan. Konten positif yang banyak, akan menenggelamkan konten negatif.
Bahkan di bulan puasa meraih pahala melalui medsos juga bisa. Misalnya dengan membuat konten berbagi hadis setiap hari, atau artikel islami, atau mengupas tentang puasa.
Kalau saya sendiri, medsos yang tidak bisa puasa adalah  whatsapp, karena semua interaksi baik pribadi maupun kantor, melalui whatsapp. Yang kedua adalah Kompasiana, karena saya ikut event nulis selama Ramadan. Ikutan event nulis ini juga untuk beberapa tema mewajibkan kita menautkan artikel dengan medsos seperti instagram dan youtube.  Otomatis kedua medsos tersebut masih on sepanjang Ramadan. Saya juga tidak menghapus medsos saya lainnya yang memang hanya sesekali saya tengok.
Puasa atau tidak puasa medsos, itu pilihan. Yang penting, bagi yang puasa medsos tidak kemudian merasa lebih baik dari yang tidak puasa. Karena bisa jadi, yang tidak puasa medsos justru dapat menggunakan medsos sebagai medan dakwah dan ibadah, sementara yang puasa medsos hanya mencapai target pribadi.
Namun tak ada salahnya jika sesekali kita detox dari medsos. Misalnya 3 hari full no medsos-medsos. Dijamin kita nggak kenapa-kenapa, nggak ada yang hilang dari hidup kita kok.