Ramadhan oh Ramadhan, engkau datang tiba-tiba dan kelak pergi dalam sekejap.
Rasanya aku tak pernah siap menyambutmu dengan khidmat.
Rasanya aku tak berhak mendapatkan kenikmatan dan janji-Nya, karena aku adalah manusia dengan banyak dosa.
Tapi kau datang tanpa menunggu dunia dan seisinya lebih baik lagi. Kau datang tanpa menunggu aku bertaubat. Kau datang dengan setia, pada giliran perputaran bulan.
Kau datang dengan limpahan pahala seolah buah ranum bergelantungan pada ranting-ranting pohon yang rendah, yang tak akan habis walau dipetik ribuan kali. Yang akan selalu memunculkan buah yang manis dan menyegarkan.
Kau juga tidak pilih kasih. Siapapun boleh mencicipi manisnya buah pahala yang kausediakan tanpa batas. Tak terkecuali aku manusia biasa yang banyak dosa.
Kausiapkan pahala berlimpah bagi siapa saja yang berpuasa karena Allah, tadarus dengan mengingat-Nya, menegakkan salat  dengan iman di dada, bersedekah, berinfak, membayar zakat, berbuat baik kepada sesama makhlukNya.
Kaukucurkan air pahala yang menetes-netes tanpa pernah kering. Kaupuaskan dahaga orang-orang yang mengharap pengampunan.
Duhai, Ramadhan...izinkan aku bersimpuh, izinkan aku berharap, tetesan air sucimu melarutkan semua dosa-dosaku.
Ramadhan, izinkan aku tersenyum melepasmu kelak, karena nikmatmu telah kureguk, yang menjadikanku manusia yang baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H